Kolom Blog Adhi Ksp: Sensasi Diving di Kepulauan Seribu
Kolom Blog Adhi Ksp
Sensasi Diving di Kepulauan Seribu
DIVING? Ini sensasi baru yang saya alami ketika bertugas di Kepulauan Seribu awal pekan lalu. Ajakan sekaligus tantangan Kepala Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Sumarto memang menggetarkan hati saya. Katanya, "Jangan pernah mengaku pernah ke Kepulauan Seribu, kalau belum pernah menyelam, diving di sini." Rasa penasaran ditambah keinginan untuk melakukan adventure, petualangan baru, membuat saya ngotot kembali lagi ke Kepulauan Seribu. Alhasil, pada hari Selasa (12/6) pagi, saya datang lagi ke Marina Ancol, pagi-pagi sekali.
Saya tiba pukul 05.50. Perjalanan dari rumah cukup 50 menit, itupun dalam kecepatan sangat santai. Ternyata Pak Sumarto sudah tiba lebih dulu, dan tidur di mobilnya. Hari Senin sebelumnya, saya ke Kepulauan Seribu, ke Pulau Kotok Besar untuk melihat pencemaran limbah minyak di perairan tersebut.
Nah, soal diving, yang tertantang dengan ajakan Pak Sumarto ternyata bukan hanya saya. Ada dua teman lainnya, yaitu Aan Dwi Puantoro (RCTI) dan Prasetyo Utomo (Antara).
Karena itu, begitu sampai di Pulau Pramuka (butuh satu jam dari Marina Ancol dengan kapal cepat HM Dephut), kami bertiga langsung jalan ke baliho tak jauh dari Pulau Pramuka, markas Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Kami bertiga dibantu instruktur Pak Umar, Pak Saeran dan Pak Satibi. Mereka semua sudah master dalam dunia diving, dan ketiganya orang pulau. Setelah diajari cara menggunakan tabung diving dan penggunaan alat lainnya, kami diminta melakukan pemanasan dulu, seperti halnya pemanasan olahraga.
Setelah itu, kami diminta untuk mengawali dengan snorkeling lebih dahulu. Jadi tabung belum digunakan. Ngomong-ngomong soal snorkeling, saya ingat waktu bertugas di Kalimantan Barat, saya pernah lho melakukan snorkeling di perairan sebuah pulau di Laut China Selatan, yang masuk wilayah Kalbar. Airnya jernih sekali. Ikan-ikan dan terumbu karangnya luar biasa. Setelah hampir 10 tahun, saya baru kali ini melakukan snorkeling lagi.
Waw, asyik banget lho. Berputar-putar di perairan Laut Jawa, dekat Pulau Pramuka, melihat bagaimana ikan-ikan berseliweran, dan terumbu karang hasil rehabilitasi. Setelah sensasi snorkeling, saya menikmati sensasi diving. Di sinilah saya merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang ada di dalam laut.
Memang awalnya ada perasaan was-was. Tetapi rasa penasaran lebih banyak sehingga setelah berada di dalam laut, saya menikmati scuba diving ini. Saya didampingi Satibi. Telinga memang terasa sakit. Tetapi lama-lama, rasa sakit itu hilang. Rupanya saya sudah di kedalaman 1o meter, di bawah kontainer yang menjadi rumah ikan.
Apakah Anda bisa membayangkan, bagaimana rasanya melihat ratusan atau ribuan ikan kecil tiba-tiba melintas di dekat kita? Beragam karang hias yang berwarna-warni memancarkan keindahan alami. Sungguh sensasi yang tak terlupakan!
Esok paginya, Rabu (13/6), kami diajak ke perairan Pulau Semak Daun, untuk melakukan diving lagi. Perahu motor nelayan berhenti di tengah laut lepas. Lalu kami satu persatu masuk ke dalam bawah laut. Awalnya tetap snorkeling. Tapi tak berapa lama, kami mulai menyelam. Kali ini, saya menyelam hingga di kedalaman 12 meter, didampingi Pak Satibi.
Saya melihat ikan pari menyelinap di bawah bebatuan di dasar laut. Ikan-ikan hias berwarna-warni yang menyimpan keindahan tiada tara. Sayang, saya belum punya kamera bawah air. Kalau tidak, tentu sensasi seperti ini bisa diabadikan. Suatu hari kelak, saat diving lagi, petualangan di bawah laut itu harus diabadikan.
Sungguh, saya baru kali pertama menyelam diving di bawah laut. Karena itu instruktur saya, Satibi bilang, untuk seorang pemula, menyelam di kedalaman 12 meter sudah luar biasa. Saya memang senang berenang sehingga sudah terbiasa dengan air. Jadi sebetulnya hanya butuh penyesuaian. Yang dibutuhkan adalah ketenangan ketika berada di bawah laut. Nikmati keindahan bawah laut dengan rasa syukur pada Tuhan betapa indahnya dunia ini. Saya akan kembali suatu hari nanti untuk melakukan diving lagi.
Serpong, 18 Juni 2007
Sensasi Diving di Kepulauan Seribu
DIVING? Ini sensasi baru yang saya alami ketika bertugas di Kepulauan Seribu awal pekan lalu. Ajakan sekaligus tantangan Kepala Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Sumarto memang menggetarkan hati saya. Katanya, "Jangan pernah mengaku pernah ke Kepulauan Seribu, kalau belum pernah menyelam, diving di sini." Rasa penasaran ditambah keinginan untuk melakukan adventure, petualangan baru, membuat saya ngotot kembali lagi ke Kepulauan Seribu. Alhasil, pada hari Selasa (12/6) pagi, saya datang lagi ke Marina Ancol, pagi-pagi sekali.
Saya tiba pukul 05.50. Perjalanan dari rumah cukup 50 menit, itupun dalam kecepatan sangat santai. Ternyata Pak Sumarto sudah tiba lebih dulu, dan tidur di mobilnya. Hari Senin sebelumnya, saya ke Kepulauan Seribu, ke Pulau Kotok Besar untuk melihat pencemaran limbah minyak di perairan tersebut.
Nah, soal diving, yang tertantang dengan ajakan Pak Sumarto ternyata bukan hanya saya. Ada dua teman lainnya, yaitu Aan Dwi Puantoro (RCTI) dan Prasetyo Utomo (Antara).
Karena itu, begitu sampai di Pulau Pramuka (butuh satu jam dari Marina Ancol dengan kapal cepat HM Dephut), kami bertiga langsung jalan ke baliho tak jauh dari Pulau Pramuka, markas Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Kami bertiga dibantu instruktur Pak Umar, Pak Saeran dan Pak Satibi. Mereka semua sudah master dalam dunia diving, dan ketiganya orang pulau. Setelah diajari cara menggunakan tabung diving dan penggunaan alat lainnya, kami diminta melakukan pemanasan dulu, seperti halnya pemanasan olahraga.
Setelah itu, kami diminta untuk mengawali dengan snorkeling lebih dahulu. Jadi tabung belum digunakan. Ngomong-ngomong soal snorkeling, saya ingat waktu bertugas di Kalimantan Barat, saya pernah lho melakukan snorkeling di perairan sebuah pulau di Laut China Selatan, yang masuk wilayah Kalbar. Airnya jernih sekali. Ikan-ikan dan terumbu karangnya luar biasa. Setelah hampir 10 tahun, saya baru kali ini melakukan snorkeling lagi.
Waw, asyik banget lho. Berputar-putar di perairan Laut Jawa, dekat Pulau Pramuka, melihat bagaimana ikan-ikan berseliweran, dan terumbu karang hasil rehabilitasi. Setelah sensasi snorkeling, saya menikmati sensasi diving. Di sinilah saya merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang ada di dalam laut.
Memang awalnya ada perasaan was-was. Tetapi rasa penasaran lebih banyak sehingga setelah berada di dalam laut, saya menikmati scuba diving ini. Saya didampingi Satibi. Telinga memang terasa sakit. Tetapi lama-lama, rasa sakit itu hilang. Rupanya saya sudah di kedalaman 1o meter, di bawah kontainer yang menjadi rumah ikan.
Apakah Anda bisa membayangkan, bagaimana rasanya melihat ratusan atau ribuan ikan kecil tiba-tiba melintas di dekat kita? Beragam karang hias yang berwarna-warni memancarkan keindahan alami. Sungguh sensasi yang tak terlupakan!
Esok paginya, Rabu (13/6), kami diajak ke perairan Pulau Semak Daun, untuk melakukan diving lagi. Perahu motor nelayan berhenti di tengah laut lepas. Lalu kami satu persatu masuk ke dalam bawah laut. Awalnya tetap snorkeling. Tapi tak berapa lama, kami mulai menyelam. Kali ini, saya menyelam hingga di kedalaman 12 meter, didampingi Pak Satibi.
Saya melihat ikan pari menyelinap di bawah bebatuan di dasar laut. Ikan-ikan hias berwarna-warni yang menyimpan keindahan tiada tara. Sayang, saya belum punya kamera bawah air. Kalau tidak, tentu sensasi seperti ini bisa diabadikan. Suatu hari kelak, saat diving lagi, petualangan di bawah laut itu harus diabadikan.
Sungguh, saya baru kali pertama menyelam diving di bawah laut. Karena itu instruktur saya, Satibi bilang, untuk seorang pemula, menyelam di kedalaman 12 meter sudah luar biasa. Saya memang senang berenang sehingga sudah terbiasa dengan air. Jadi sebetulnya hanya butuh penyesuaian. Yang dibutuhkan adalah ketenangan ketika berada di bawah laut. Nikmati keindahan bawah laut dengan rasa syukur pada Tuhan betapa indahnya dunia ini. Saya akan kembali suatu hari nanti untuk melakukan diving lagi.
Serpong, 18 Juni 2007
Comments