Kolom Blog Adhi Ksp: Makan Siang dan Filosofi Kebersamaan

Kolom Blog Adhi Ksp

Makan Siang dan Filosofi Kebersamaan

Sudah dua kali saya bertandang ke kantor Bakrieland Development atas ajakan seorang teman yang bekerja di sana. Pertama di Kemang, dan kedua di Bogor. Pada dua kali kunjungan itu, saya diajak teman untuk makan siang. Di Kemang, saya menikmati soto betawi. Di Bogor, nasi goreng ikan asin. Saya heran kok tamu boleh ikut makan di kantin, gratis pula. Teman saya bilang, jatah makan siang memang disediakan perusahaan, baik untuk karyawan maupun untuk tamu yang datang pada siang itu.

Wah, saya sungguh terkesan.Sepertinya hanya urusan sepele: makan siang. Tapi ada filosofi di balik kebijakan perusahaan Bakrie menyediakan jatah makan siang prasmanan itu. Saya melihat pada saat makan siang di kantin, mulai petinggi di kantor itu hingga satpam ikut berbaur dan makan bersama. Semua makan menu hidangan yang sama. Tak ada perbedaan, tak ada jarak!

Hari Jumat sore kemarin, saya ngobrol dengan Hamid Mundzir, Chief Executive Officer (CEO) PT Graha Andrasentra Propertindo, pengembang yang membangun kawasan Bogor Nirwana Residence. Saya baru kali pertama bertemu dengannya.Dari ruang kerjanya di bangunan yang minimalis, saya bisa melihat suasana hijau karena dinding kantor itu sebagian besar dikelilingi kaca bening.

Pak Hamid ini, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, juga salah satu Direktur di PT Bakrieland Development Tbk. Kepada dia, saya bertanya soal kebijakan jatah makan siang di kantin-kantin Bakrieland.Mengapa Bakrieland memberlakukan kebijakan makan siang bersama di kantin?

Ternyata ada filosofi dari pendiri Grup Bakrie, yaitu Achmad Bakrie, melalui putranya, Nirwan Bakrie, yang menginginkan ada kebersamaan antara manajemen dan karyawan. Jika karyawan makan di kantin di kantor, pekerjaan akan lebih efisien, dan waktu tidak terbuang percuma.

Untuk kondisi di Jakarta yang macet, makan di kantin yang disediakan perusahaan, menjadi sesuatu yang sangat berharga. Menunya pun empat sehat lima sempurna sehingga makanan yang disantap bergizi dan disediakan dari katering pilihan. Artinya tidak sembarangan. Dan makan siang itu gratis, tanpa harus membayar.

Saya tertarik dengan penjelasan Pak Hamid. Makan di kantin kantor itu bukan soal makannya, tetapi soal filosofi kebersamaan antara manajemen dan karyawan. Bahkan kesempatan itu sering digunakan karyawan untuk bertemu informal dengan manajemen sehingga komunikasi internal perusahaan tidak mampet.Benar juga. Jajaran direksi makan di ruang yang sama dengan satpam dan petugas kebersihan. Bagi satpam dan OB (office boy), dapat menikmati makan siang bergizi, sangatlah berarti.

Saya jadi ingat, beberapa tahun lalu, saya pernah bertandang ke sebuah perusahaan di Taman Tekno BSD, yang memproduksi suku cadang mobil mewah. Pemilik dan direktur perusahaan itu, Pak Hardi Hartoko makan siang bareng dengan karyawannya di kantin, berdialog dengan akrab dengan para karyawannya, dan menyapa mereka dengan hangat.Makan siang di kantin kantor, memang bukan sekadar makan. Tetapi mencerminkan filosofi perusahaan itu, yang mengutamakan kebersamaan antara manajemen dan karyawan. Tak ada jarak, tak ada batas.

Seandainya banyak perusahaan menerapkan kebijakan serupa, bisa jadi persoalan kesenjangan komunikasi di perusahaan dapat teratasi. Dan juga sikap priyayi dalam kultur perusahaan, ditiadakan.

Serpong, 24 Februari 2007

Comments

Popular posts from this blog

Kolom Blog Adhi Ksp: Paris van Java dan Wawa Sulaeman yang Fenomenal

Kolom Blog Adhi Ksp: Starbucks, Kopi Luwak, dan J.Co

Hiburan Rakyat Menjelang Kenaikan BBM