Kolom Blog Adhi Ksp: Media Cetak Bakal Hadapi Persoalan Serius Akibat Revolusi Digital
Kolom Blog Adhi Ksp
Media Cetak Bakal Hadapi Persoalan Serius Akibat Revolusi Digital
Revolusi digital bakal membuat industri media cetak menghadapi persoalan serius. Masa depan media cetak bakal suram. Benarkah? Presiden Direktur Microsoft, Bill Gates pekan lalu mengumumkan problem serius dan risiko akan dihadapi media cetak akibat revolusi digital.
"Lima puluh tahun yang lalu, suratkabar cetak tidak punya risiko apapun. Sekarang, setiap orang melakukan inovasi untuk menjadi yang terbaik menuju era digital," kata Bill Gates dalam pertemuan Inter American Society of Press di Columbia, Amerika Serikat. Gates memprediksi pada dekade mendatang akan ada perubahan mendasar.
Revolusi digital merupakan fakta di depan mata, bukan cuma impian. Inovasi teknologi sudah masuk dalam pasar, dan hanya butuh sedikit waktu untuk menjadikannya efektif dan biasa digunakan dalam masyarakat.
Anak-anak muda berusia 14 tahun akan menjadi bagian dari revolusi digital dan informasi. Mereka akan memiliki cara pikir yang berbeda. Untuk itu, kehidupan sosial, bisnis, pendidikan dan informasi akan menjadi berbeda. Semua akan sangat tergantung oleh internet dan dunia digital.
Video games bukan hanya satu-satunya yang bisa interaktif. Dunia periklanan, bisnis dan konferensi akan sangat dipengaruhi oleh tren baru ini. Meskipun pada saat ini inovasi teknologi bergerak ke arah kebiasaan membaca suratkabar digital, buku digital dan sebagainya, namun Bill Gates menyadari masih cukup sulit bagi produk-produk digital menyatukan pengalaman produk media cetak.
Berita yang memuat pernyataan Bill Gates itu, saya baca dari internet. Orang terkaya di dunia ini mengingatkan secara jelas, masa depan media cetak bakal suram seiring hadirnya era digital, yang merasuk semua kehidupan masyarakat global.
Akan matikah media cetak? Di Indonesia, mungkin orang masih butuh media cetak. Tapi siapa yang bisa menjamin satu dekade, dua dekade atau tiga dekade mendatang, di mana semua sudah akrab dengan dunia internet? Sekarang saja, ponsel, PDA, gadget lainnya, apalagi laptop dan notebook, memiliki fasilitas menjelajah internet sehingga orang tak lagi tergantung pada PC di kantor atau di rumah. Bekerja bisa di mana saja, kapan saja. Kecenderungan ini sudah terlihat di sejumlah kota besar di Indonesia.
Dalam acara Nokia World 2006 di Amsterdam lalu, seorang petinggi Nokia memberi ilustrasi betapa ponsel pintar sangat mempengaruhi kehidupan seseorang sejak bangun pagi hingga akan beristirahat pada malam hari. Bangun pagi baca e-mail, baca berita-berita terkini dari ponsel pintarnya, ketika gosok gigi dan mandi bisa sambil mendengarkan radio dari ponsel pintarnya, saat sarapan pagi bisa sambil nonton TV dari ponsel pintarnya.
Begitupun ketika akan janji ketemuan dengan temannya di restoran, pengguna ponsel pintar itu bisa mengecek lokasi dari ponsel pintarnya yang punya fasilitas teknologi GPS. Menulis email, membaca email dari ponsel pintarnya, menyelesaikan pekerjaannya, hanya dari ponsel pintarnya.
Akan matikah media cetak akibat revolusi digital ini? Entahlah. Tapi yang pasti, Bill Gates sudah memprediksi hal ini sejak sekarang. Lalu apakah media cetak, suratkabar cetak masih perlu ada?
Industri media cetak saat ini saja waswas. Tiras tidak juga meningkat meski inovasi dan modifikasi sudah dilakukan habis-habisan. Bahkan tiras atau oplah cenderung turun. Di banyak negara, bahkan bermunculan suratkabar gratis. Betul-betul dibagikan gratis di stasiun-stasiun KA bawah tanah dan di stasiun MRT. "Perang harga" sudah tidak diperlukan lagi karena koran dibagikan gratis.
Dengan revolusi digital, orang cenderung mencari informasi berita lewat media online. Kini ada kecenderungan munculnya suratkabar gratis di banyak negara. Bagaimana nasib media cetak di Indonesia dekade mendatang?
Serpong, 28 Maret 2007
Media Cetak Bakal Hadapi Persoalan Serius Akibat Revolusi Digital
Revolusi digital bakal membuat industri media cetak menghadapi persoalan serius. Masa depan media cetak bakal suram. Benarkah? Presiden Direktur Microsoft, Bill Gates pekan lalu mengumumkan problem serius dan risiko akan dihadapi media cetak akibat revolusi digital.
"Lima puluh tahun yang lalu, suratkabar cetak tidak punya risiko apapun. Sekarang, setiap orang melakukan inovasi untuk menjadi yang terbaik menuju era digital," kata Bill Gates dalam pertemuan Inter American Society of Press di Columbia, Amerika Serikat. Gates memprediksi pada dekade mendatang akan ada perubahan mendasar.
Revolusi digital merupakan fakta di depan mata, bukan cuma impian. Inovasi teknologi sudah masuk dalam pasar, dan hanya butuh sedikit waktu untuk menjadikannya efektif dan biasa digunakan dalam masyarakat.
Anak-anak muda berusia 14 tahun akan menjadi bagian dari revolusi digital dan informasi. Mereka akan memiliki cara pikir yang berbeda. Untuk itu, kehidupan sosial, bisnis, pendidikan dan informasi akan menjadi berbeda. Semua akan sangat tergantung oleh internet dan dunia digital.
Video games bukan hanya satu-satunya yang bisa interaktif. Dunia periklanan, bisnis dan konferensi akan sangat dipengaruhi oleh tren baru ini. Meskipun pada saat ini inovasi teknologi bergerak ke arah kebiasaan membaca suratkabar digital, buku digital dan sebagainya, namun Bill Gates menyadari masih cukup sulit bagi produk-produk digital menyatukan pengalaman produk media cetak.
Berita yang memuat pernyataan Bill Gates itu, saya baca dari internet. Orang terkaya di dunia ini mengingatkan secara jelas, masa depan media cetak bakal suram seiring hadirnya era digital, yang merasuk semua kehidupan masyarakat global.
Akan matikah media cetak? Di Indonesia, mungkin orang masih butuh media cetak. Tapi siapa yang bisa menjamin satu dekade, dua dekade atau tiga dekade mendatang, di mana semua sudah akrab dengan dunia internet? Sekarang saja, ponsel, PDA, gadget lainnya, apalagi laptop dan notebook, memiliki fasilitas menjelajah internet sehingga orang tak lagi tergantung pada PC di kantor atau di rumah. Bekerja bisa di mana saja, kapan saja. Kecenderungan ini sudah terlihat di sejumlah kota besar di Indonesia.
Dalam acara Nokia World 2006 di Amsterdam lalu, seorang petinggi Nokia memberi ilustrasi betapa ponsel pintar sangat mempengaruhi kehidupan seseorang sejak bangun pagi hingga akan beristirahat pada malam hari. Bangun pagi baca e-mail, baca berita-berita terkini dari ponsel pintarnya, ketika gosok gigi dan mandi bisa sambil mendengarkan radio dari ponsel pintarnya, saat sarapan pagi bisa sambil nonton TV dari ponsel pintarnya.
Begitupun ketika akan janji ketemuan dengan temannya di restoran, pengguna ponsel pintar itu bisa mengecek lokasi dari ponsel pintarnya yang punya fasilitas teknologi GPS. Menulis email, membaca email dari ponsel pintarnya, menyelesaikan pekerjaannya, hanya dari ponsel pintarnya.
Akan matikah media cetak akibat revolusi digital ini? Entahlah. Tapi yang pasti, Bill Gates sudah memprediksi hal ini sejak sekarang. Lalu apakah media cetak, suratkabar cetak masih perlu ada?
Industri media cetak saat ini saja waswas. Tiras tidak juga meningkat meski inovasi dan modifikasi sudah dilakukan habis-habisan. Bahkan tiras atau oplah cenderung turun. Di banyak negara, bahkan bermunculan suratkabar gratis. Betul-betul dibagikan gratis di stasiun-stasiun KA bawah tanah dan di stasiun MRT. "Perang harga" sudah tidak diperlukan lagi karena koran dibagikan gratis.
Dengan revolusi digital, orang cenderung mencari informasi berita lewat media online. Kini ada kecenderungan munculnya suratkabar gratis di banyak negara. Bagaimana nasib media cetak di Indonesia dekade mendatang?
Serpong, 28 Maret 2007
Comments