Kolom Blog Adhi Ksp: Menikmati Suasana di Changi International Airport
Kolom Blog Adhi Ksp
Menikmati Suasana di Changi International Airport
CHANGI International Airport di Singapura selalu menyenangkan bagi penumpang pesawat dari manapun juga. Mau transit berapa lama pun, penumpang tidak merasa bosan. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap. Dari tempat belanja dengan harga "duty free" sampai tempat akses internet gratis. Biasanya, begitu mendarat di Changi, tempat pertama yang saya datangi adalah toko buku Times NewsLink, yang menjual buku-buku terbaru, yang layak dibeli.
Hari Jumat (3/8) sore ini (di Singapura sudah pukul tujuh malam), saya mencoba fasilitas "laptop access" di Terminal 2 Changi (IT Facilities @Terminal 2). Lokasinya di dekat kafe brik ristorante dan kafe terbuka Sports Bar, di mana kita bisa menikmati live music yang membawakan lagu-lagu nostalgia antara lain dari The Bee Gees dan aneka musik lainnya.
Changi bisa jadi bandara internasional terbaik di dunia, atau bersaing dengan Bandara Schipol Amsterdam Belanda. Saya selalu menikmati suasana di Changi. Ketika menunggu pesawat Singapore Airlines (SQ) membawa saya terbang kembali ke Jakarta, saya memanfaatkan fasilitas refleksiologi "big foot"di sana. Lumayan, cukup bikin segar. Saya berkenalan dengan seorang warga Australia keturunan Albania. Usianya sudah cukup lanjut. Dia bersama anak laki-laki dan anak perempuannya. Kami ngobrol bersama. Eh, tak dinyana, dia menawarkan segelas cappucino. Waw, nice to meet you, Mr Mark Nicks.
Changi pukul 19.25 waktu Singapura. Grup band di kafe memainkan musik etnik.Sejumlah orang Afrika Selatan yang sebelumnya ngampar, tiduran di bandara ini, tiba_tiba bangun dan melakukan tarian mereka. Para penumpang yang sedang ngopi ataupun ngebir di kafe itu, ikut menikmati suasana.
Changi memang luar biasa. Orang Singapura tahu betul bagaimana memanfaatkan bandara mereka sebagai tempat yang nyaman. Grup band di kafe terus memainkan musik etnik. Kurasa itu musik Melayu. Tapi bagi penumpang dari Afrika Selatan, musik itu membuat mereka makin enerjik. Berdansa ala Afrika.
Nah, kini grup musik itu menyanyikan lagu Madu dan Racun, tapi dalam bahasa Inggris dan Malay. Orang-orang Afrika Selatan itu tetap berjoget dengan asyik. Waw, betul-betul asyik. Saya harus bergegas menyelesaikan tulisan di blog ini karena sudah hampir boarding. Madu dan Racun, dan kini Besame Mucho.
Sampai jumpa di Jakarta.
Bandara Internasional Changi, Singapura, 3 Agustus 2007
Menikmati Suasana di Changi International Airport
CHANGI International Airport di Singapura selalu menyenangkan bagi penumpang pesawat dari manapun juga. Mau transit berapa lama pun, penumpang tidak merasa bosan. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap. Dari tempat belanja dengan harga "duty free" sampai tempat akses internet gratis. Biasanya, begitu mendarat di Changi, tempat pertama yang saya datangi adalah toko buku Times NewsLink, yang menjual buku-buku terbaru, yang layak dibeli.
Hari Jumat (3/8) sore ini (di Singapura sudah pukul tujuh malam), saya mencoba fasilitas "laptop access" di Terminal 2 Changi (IT Facilities @Terminal 2). Lokasinya di dekat kafe brik ristorante dan kafe terbuka Sports Bar, di mana kita bisa menikmati live music yang membawakan lagu-lagu nostalgia antara lain dari The Bee Gees dan aneka musik lainnya.
Changi bisa jadi bandara internasional terbaik di dunia, atau bersaing dengan Bandara Schipol Amsterdam Belanda. Saya selalu menikmati suasana di Changi. Ketika menunggu pesawat Singapore Airlines (SQ) membawa saya terbang kembali ke Jakarta, saya memanfaatkan fasilitas refleksiologi "big foot"di sana. Lumayan, cukup bikin segar. Saya berkenalan dengan seorang warga Australia keturunan Albania. Usianya sudah cukup lanjut. Dia bersama anak laki-laki dan anak perempuannya. Kami ngobrol bersama. Eh, tak dinyana, dia menawarkan segelas cappucino. Waw, nice to meet you, Mr Mark Nicks.
Changi pukul 19.25 waktu Singapura. Grup band di kafe memainkan musik etnik.Sejumlah orang Afrika Selatan yang sebelumnya ngampar, tiduran di bandara ini, tiba_tiba bangun dan melakukan tarian mereka. Para penumpang yang sedang ngopi ataupun ngebir di kafe itu, ikut menikmati suasana.
Changi memang luar biasa. Orang Singapura tahu betul bagaimana memanfaatkan bandara mereka sebagai tempat yang nyaman. Grup band di kafe terus memainkan musik etnik. Kurasa itu musik Melayu. Tapi bagi penumpang dari Afrika Selatan, musik itu membuat mereka makin enerjik. Berdansa ala Afrika.
Nah, kini grup musik itu menyanyikan lagu Madu dan Racun, tapi dalam bahasa Inggris dan Malay. Orang-orang Afrika Selatan itu tetap berjoget dengan asyik. Waw, betul-betul asyik. Saya harus bergegas menyelesaikan tulisan di blog ini karena sudah hampir boarding. Madu dan Racun, dan kini Besame Mucho.
Sampai jumpa di Jakarta.
Bandara Internasional Changi, Singapura, 3 Agustus 2007
Comments