Kolom Blog Adhi Ksp: Perubahan Dimulai dari Hal-hal Kecil
Kolom Blog Adhi Ksp
Perubahan Dimulai dari Hal-hal Kecil
Hari Selasa (15/5) malam, saya bertemu Rieke "Oneng" Diah Pitaloka di Bentara Budaya Jakarta. Rieke baru saja memeriahkan acara diskusi buku "Purnama di Bukit Langit" (Antologi Puisi Tiongkok Klasik) yang diterbitkan Gramedia.
Dalam percakapan berdua dengan Rieke, saya tertarik dengan apa yang disampaikannya. Rieke mengatakan, carut-marut bangsa ini tercermin dari bagaimana pemerintah menangani korban lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam kasus ini, orang hanya sibuk meributkan persoalan ganti rugi. Sementara politisi sibuk berseteru, memanfaatkan situasi itu untuk saling menjatuhkan. Tetapi siapa yang peduli pada anak-anak korban lumpur Lapindo yang saat ini ada di pengungsian?
Rieke Diah Pitaloka berpendapat, perubahan dapat dimulai dari hal-hal kecil. Apa yang dilakukan Rieke melalui Yayasan Pitaloka yang dipimpinnya (Rieke menjabat sebagai Chairwoman dalam yayasan itu), merupakan langkah kecil tapi dapat membuat perubahan. Rieke mendirikan dan mengelola taman bacaan di lokasi pengungsian korban lumpur Lapindo di Pasar Porong.
Anak-anak di pengungsian tidak dapat menikmati masa-masa indah. Mereka setiap hari selalu mendengar pertengkaran orang dewasa tentang ganti rugi. Rieke cemas, di masa depan anak-anak itu tumbuh menjadi generasi preman.Taman Bacaan yang dibangun di lokasi pengungsian korban lumpur panas Lapindo, bukan sekadar taman bacaan, tetapi di sana, anak-anak bisa melajar melukis dan menulis.
Idealisme Rieke ini mendapat respon masyarakat. Di Malang, ketika diundang berbicara, Rieke tidak minta bayaran tetapi meminta agar pengundang mengusahakan menyediakan buku-buku untuk taman bacaan yang dikelolanya. Hanya dalam waktu singkat, 600 buku terkumpul di Malang.Rieke menceritakan bagaimana komunitas ibu di sebuah perumahan di Cinere tergerak dan membantu Rieke menyediakan buku-buku untuk disumbangkan ke taman bacaan yang dikelolanya.
"Perubahan harus dimulai dari hal-hal kecil," kata Rieke yakin.Agaknya Rieke yakin jika anak-anak yang jumlahnya 200-300-an di pengungsian itu mendapat manfaat dari taman bacaan yang didirikannya di Pasar Porong, dia dapat memberi perubahan pada dunia anak-anak di sana. Saya pun yakin Rieke dapat melakukan itu.
Saya membayangkan jika ada banyak orang seperti Rieke Diah Pitaloka, mendirikan taman bacaan di mana saja yang dapat dimanfaatkan anak-anak Indonesia di pelosok nusantara, wajah bangsa ini mungkin bisa berubah. Buku-buku konsumsi anak-anak, banyak yang memuat nilai-nilai kehidupan. Banyak membaca sejak kecil, akan membantu perjalanan hidup di masa dewasa.
Saya ingat ada sahabat saya di Serang, pengarang novel remaja, Gola Gong yang juga mendirikan taman bacaan dan membantu anak-anak muda bisa menulis. Saya pernah ke tempat Gola Gong beberapa tahun silam. Apa yang dilakukan Gola Gong mungkin kecil tetapi artinya sangat besar bagi yang membutuhkan.
Ketika beberapa waktu lalu saya diundang oleh FISIP UI sebagai salah satu pembicara, saya bertemu dengan seorang novelis populer, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UI yang telah melahirkan sejumlah novel laris. Namanya Endang Rukmana. Dia mengaku salah satu murid Gola Gong yang lahir dari komunitas penulis muda yang diasuh Gola Gong. Luar biasa kan?
Saya pun yakin, apa yang dilakukan Rieke Diah Pitaloka akan menghasilkan "buah" pada tahun-tahun mendatang. Anak-anak di pengungsian korban lumpur Lapindo dapat membaca, menulis dan melukis.Dan yang paling penting, mereka akan terhindar tumbuh menjadi generasi preman, di mana caci maki dan kekerasan acapkali menjadi ciri utama. Rieke Diah Pitaloka melakukan perubahan dari hal-hal kecil dengan empati pada anak-anak di pengungsian.
"Siapa bilang kita tidak bisa melakukan perubahan? Siapa bilang kita tidak bisa berbuat sesuatu? Mulailah dengan empati, mulailah dengan hal-hal kecil," kata Rieke Diah Pitaloka.
Ya benar. Jika kita ingin melakukan perubahan, mulailah dari hal-hal kecil. Kita mulai dari diri kita dulu, mengubah diri menjadi orang yang empati, peduli pada orang lain, setelah itu kita bisa mengubah dunia dengan langkah kecil, yang akan berubah menjadi langkah besar yang penuh kekuatan dahsyat!
Serpong, 17 Mei 2007
Perubahan Dimulai dari Hal-hal Kecil
Hari Selasa (15/5) malam, saya bertemu Rieke "Oneng" Diah Pitaloka di Bentara Budaya Jakarta. Rieke baru saja memeriahkan acara diskusi buku "Purnama di Bukit Langit" (Antologi Puisi Tiongkok Klasik) yang diterbitkan Gramedia.
Dalam percakapan berdua dengan Rieke, saya tertarik dengan apa yang disampaikannya. Rieke mengatakan, carut-marut bangsa ini tercermin dari bagaimana pemerintah menangani korban lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam kasus ini, orang hanya sibuk meributkan persoalan ganti rugi. Sementara politisi sibuk berseteru, memanfaatkan situasi itu untuk saling menjatuhkan. Tetapi siapa yang peduli pada anak-anak korban lumpur Lapindo yang saat ini ada di pengungsian?
Rieke Diah Pitaloka berpendapat, perubahan dapat dimulai dari hal-hal kecil. Apa yang dilakukan Rieke melalui Yayasan Pitaloka yang dipimpinnya (Rieke menjabat sebagai Chairwoman dalam yayasan itu), merupakan langkah kecil tapi dapat membuat perubahan. Rieke mendirikan dan mengelola taman bacaan di lokasi pengungsian korban lumpur Lapindo di Pasar Porong.
Anak-anak di pengungsian tidak dapat menikmati masa-masa indah. Mereka setiap hari selalu mendengar pertengkaran orang dewasa tentang ganti rugi. Rieke cemas, di masa depan anak-anak itu tumbuh menjadi generasi preman.Taman Bacaan yang dibangun di lokasi pengungsian korban lumpur panas Lapindo, bukan sekadar taman bacaan, tetapi di sana, anak-anak bisa melajar melukis dan menulis.
Idealisme Rieke ini mendapat respon masyarakat. Di Malang, ketika diundang berbicara, Rieke tidak minta bayaran tetapi meminta agar pengundang mengusahakan menyediakan buku-buku untuk taman bacaan yang dikelolanya. Hanya dalam waktu singkat, 600 buku terkumpul di Malang.Rieke menceritakan bagaimana komunitas ibu di sebuah perumahan di Cinere tergerak dan membantu Rieke menyediakan buku-buku untuk disumbangkan ke taman bacaan yang dikelolanya.
"Perubahan harus dimulai dari hal-hal kecil," kata Rieke yakin.Agaknya Rieke yakin jika anak-anak yang jumlahnya 200-300-an di pengungsian itu mendapat manfaat dari taman bacaan yang didirikannya di Pasar Porong, dia dapat memberi perubahan pada dunia anak-anak di sana. Saya pun yakin Rieke dapat melakukan itu.
Saya membayangkan jika ada banyak orang seperti Rieke Diah Pitaloka, mendirikan taman bacaan di mana saja yang dapat dimanfaatkan anak-anak Indonesia di pelosok nusantara, wajah bangsa ini mungkin bisa berubah. Buku-buku konsumsi anak-anak, banyak yang memuat nilai-nilai kehidupan. Banyak membaca sejak kecil, akan membantu perjalanan hidup di masa dewasa.
Saya ingat ada sahabat saya di Serang, pengarang novel remaja, Gola Gong yang juga mendirikan taman bacaan dan membantu anak-anak muda bisa menulis. Saya pernah ke tempat Gola Gong beberapa tahun silam. Apa yang dilakukan Gola Gong mungkin kecil tetapi artinya sangat besar bagi yang membutuhkan.
Ketika beberapa waktu lalu saya diundang oleh FISIP UI sebagai salah satu pembicara, saya bertemu dengan seorang novelis populer, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UI yang telah melahirkan sejumlah novel laris. Namanya Endang Rukmana. Dia mengaku salah satu murid Gola Gong yang lahir dari komunitas penulis muda yang diasuh Gola Gong. Luar biasa kan?
Saya pun yakin, apa yang dilakukan Rieke Diah Pitaloka akan menghasilkan "buah" pada tahun-tahun mendatang. Anak-anak di pengungsian korban lumpur Lapindo dapat membaca, menulis dan melukis.Dan yang paling penting, mereka akan terhindar tumbuh menjadi generasi preman, di mana caci maki dan kekerasan acapkali menjadi ciri utama. Rieke Diah Pitaloka melakukan perubahan dari hal-hal kecil dengan empati pada anak-anak di pengungsian.
"Siapa bilang kita tidak bisa melakukan perubahan? Siapa bilang kita tidak bisa berbuat sesuatu? Mulailah dengan empati, mulailah dengan hal-hal kecil," kata Rieke Diah Pitaloka.
Ya benar. Jika kita ingin melakukan perubahan, mulailah dari hal-hal kecil. Kita mulai dari diri kita dulu, mengubah diri menjadi orang yang empati, peduli pada orang lain, setelah itu kita bisa mengubah dunia dengan langkah kecil, yang akan berubah menjadi langkah besar yang penuh kekuatan dahsyat!
Serpong, 17 Mei 2007
Comments