Kolom Blog Adhi Ksp: Jangan Lupa Hargai Orang yang Bekerja Membantu Anda
Kolom Blog Adhi Ksp
Jangan Lupa Hargai Orang yang Bekerja Membantu Anda
Saya mendapat cur-hat dari seorang teman yang menceritakan kerja kerasnya selama bertahun-tahun tidak dihargai. Padahal dia sudah bekerja segenap hati untuk kantornya, demi kemajuan perusahaannya. Intinya, dia sudah memberikan "lebih" pada perusahaannya, sampai kehidupan pribadinya nyaris hilang, dan seterusnya, dan seterusnya.
Saya trenyuh. Saya khawatir teman saya itu menjadi apatis, sinis, kehilangan gairah kerjanya, dan berubah menjadi pemalas. Saya cemas teman saya yang periang dan enak diajak bercanda berubah menjadi orang yang mudah tersinggung, cenderung mempersoalkan hal-hal kecil.
Saya ingat pernah membaca buku Richard Carlson, "Don't Sweat the Small Stuff at Work". Konsultan stress yang tinggal di Northern California, Amerika Serikat ini dalam bukunya menyebutkan, salah satu keluhan utama yang yang sering terdengar dari para pekerja di hampir semua bidang adalah mereka merasa tidak dihargai sama sekali. Perusahaan, atau pimpinan perusahaan acapkali memberi doktrin, "Anda sudah harus bersyukur karena punya pekerjaan ini." Namun tuntutan, permintaan, atau harapan untuk sekadar mendapatkan penghargaaan dalam bentuk kata-kata atau perlakuan sering dianggap remeh atau tidak penting.
Saya berpikir, mungkin persoalan ketenagakerjaan dalam banyak perusahaan, bermula dari persoalan ini: perusahaan lupa memberikan penghargaan kepada karyawannya yang sudah mengabdikan diri, segenap waktunya. Sampai kehidupan pribadinya amburadul, pacar kabur, istri atau suami minta cerai, karena dari 24 jam waktu setiap hari, 18 jam hanya untuk kepentingan perusahaan. Pokoknya sudah habis-habisan! Ketika suatu ketika perusahaan tidak menghargai kerja kerasnya selama bertahun-tahun, apa yang akan terjadi? Kemarahan yang teramat sangat! Saya bisa merasakan perasaan teman saya tadi.
Dalam kehidupan ini, acapkali kita lupa menghargai orang yang sudah bekerja membantu kita. Pembantu rumah tangga, sopir, pengangkut sampah, petugas kebersihan, office boy yang membantu membelikan makanan di kantor, bahkan kepada teman, bawahan ataupun atasan kita sendiri. Sejak kecil, saya sudah diingatkan untuk selalu mengucapkan "terima kasih" kepada siapapun yang telah bekerja membantu saya dalam hal apapun. Bahkan kepada orang yang mungkin telah menyakiti Anda. Sulit memang, tetapi saya, seorang penganut Katolik- selalu ingat ajaran Yesus bahwa kita harus mengasihi siapa saja, termasuk mencintai musuhmu, "Ditampar pipi kiri, berilah pipi kanan".
Jadi mengucapkan terima kasih kepada orang yang pernah menyakiti pun, wajib dilakukan. Jangan pernah ada dendam. Kalau perlu membantu mereka. Jika saya melakukan hal itu semua, saya merasa lega. Paling tidak, saya memiliki kualitas hati yang lebih baik.Kembali ke soal perasaan teman saya yang "marah" pada kantornya. Bisa jadi perusahaan hanya melihat satu sisi, tetapi lupa melihat sisi lainnya, yaitu 'pengorbanannya' selama ini mencurahkan segenap waktu untuk perusahaan. Ya, mungkin saja filosofi perusahaan itu sangat bagus, tetapi karena oknum-oknum di perusahaan tidak punya tabiat baik dan penuh intrik, yang terjadi malah sebaliknya.
Kepada teman saya tadi, saya bilang tak usah marah membabi buta kepada perusahaannya. Tak perlu pula apatis. Mungkin pimpinan perusahaan lupa menghargai Anda yang sudah habis-habisan memberikan waktu demi kejayaan perusahaan. Jangan simpan dendam pada kantor karena justru itu merugikan diri sendiri.
Kalau mau introspeksi dan berpikir positif, mungkin juga teman saya itu pernah lupa menghargai orang lain. Karena itu, jangan pernah lupa menghargai orang yang bekerja membantu Anda. Jangan lupa ucapkan kata-kata "terima kasih" kepadanya, siapapun dia. Kalau perlu, ingatlah hari ulang tahunnya, kirim ucapan selamat, SMS, e-mail, kado ataupun bentuk perhatian apapun kepadanya. Atau sekadar 'just say hello' padanya. Dengan ini semua, saya yakin kita semua memiliki kualitas hati yang lebih baik, menghargai orang setiap waktu.
Serpong, 12 Maret 2007
Jangan Lupa Hargai Orang yang Bekerja Membantu Anda
Saya mendapat cur-hat dari seorang teman yang menceritakan kerja kerasnya selama bertahun-tahun tidak dihargai. Padahal dia sudah bekerja segenap hati untuk kantornya, demi kemajuan perusahaannya. Intinya, dia sudah memberikan "lebih" pada perusahaannya, sampai kehidupan pribadinya nyaris hilang, dan seterusnya, dan seterusnya.
Saya trenyuh. Saya khawatir teman saya itu menjadi apatis, sinis, kehilangan gairah kerjanya, dan berubah menjadi pemalas. Saya cemas teman saya yang periang dan enak diajak bercanda berubah menjadi orang yang mudah tersinggung, cenderung mempersoalkan hal-hal kecil.
Saya ingat pernah membaca buku Richard Carlson, "Don't Sweat the Small Stuff at Work". Konsultan stress yang tinggal di Northern California, Amerika Serikat ini dalam bukunya menyebutkan, salah satu keluhan utama yang yang sering terdengar dari para pekerja di hampir semua bidang adalah mereka merasa tidak dihargai sama sekali. Perusahaan, atau pimpinan perusahaan acapkali memberi doktrin, "Anda sudah harus bersyukur karena punya pekerjaan ini." Namun tuntutan, permintaan, atau harapan untuk sekadar mendapatkan penghargaaan dalam bentuk kata-kata atau perlakuan sering dianggap remeh atau tidak penting.
Saya berpikir, mungkin persoalan ketenagakerjaan dalam banyak perusahaan, bermula dari persoalan ini: perusahaan lupa memberikan penghargaan kepada karyawannya yang sudah mengabdikan diri, segenap waktunya. Sampai kehidupan pribadinya amburadul, pacar kabur, istri atau suami minta cerai, karena dari 24 jam waktu setiap hari, 18 jam hanya untuk kepentingan perusahaan. Pokoknya sudah habis-habisan! Ketika suatu ketika perusahaan tidak menghargai kerja kerasnya selama bertahun-tahun, apa yang akan terjadi? Kemarahan yang teramat sangat! Saya bisa merasakan perasaan teman saya tadi.
Dalam kehidupan ini, acapkali kita lupa menghargai orang yang sudah bekerja membantu kita. Pembantu rumah tangga, sopir, pengangkut sampah, petugas kebersihan, office boy yang membantu membelikan makanan di kantor, bahkan kepada teman, bawahan ataupun atasan kita sendiri. Sejak kecil, saya sudah diingatkan untuk selalu mengucapkan "terima kasih" kepada siapapun yang telah bekerja membantu saya dalam hal apapun. Bahkan kepada orang yang mungkin telah menyakiti Anda. Sulit memang, tetapi saya, seorang penganut Katolik- selalu ingat ajaran Yesus bahwa kita harus mengasihi siapa saja, termasuk mencintai musuhmu, "Ditampar pipi kiri, berilah pipi kanan".
Jadi mengucapkan terima kasih kepada orang yang pernah menyakiti pun, wajib dilakukan. Jangan pernah ada dendam. Kalau perlu membantu mereka. Jika saya melakukan hal itu semua, saya merasa lega. Paling tidak, saya memiliki kualitas hati yang lebih baik.Kembali ke soal perasaan teman saya yang "marah" pada kantornya. Bisa jadi perusahaan hanya melihat satu sisi, tetapi lupa melihat sisi lainnya, yaitu 'pengorbanannya' selama ini mencurahkan segenap waktu untuk perusahaan. Ya, mungkin saja filosofi perusahaan itu sangat bagus, tetapi karena oknum-oknum di perusahaan tidak punya tabiat baik dan penuh intrik, yang terjadi malah sebaliknya.
Kepada teman saya tadi, saya bilang tak usah marah membabi buta kepada perusahaannya. Tak perlu pula apatis. Mungkin pimpinan perusahaan lupa menghargai Anda yang sudah habis-habisan memberikan waktu demi kejayaan perusahaan. Jangan simpan dendam pada kantor karena justru itu merugikan diri sendiri.
Kalau mau introspeksi dan berpikir positif, mungkin juga teman saya itu pernah lupa menghargai orang lain. Karena itu, jangan pernah lupa menghargai orang yang bekerja membantu Anda. Jangan lupa ucapkan kata-kata "terima kasih" kepadanya, siapapun dia. Kalau perlu, ingatlah hari ulang tahunnya, kirim ucapan selamat, SMS, e-mail, kado ataupun bentuk perhatian apapun kepadanya. Atau sekadar 'just say hello' padanya. Dengan ini semua, saya yakin kita semua memiliki kualitas hati yang lebih baik, menghargai orang setiap waktu.
Serpong, 12 Maret 2007
Comments