Kolom Blog Adhi Ksp: Negara Jiran Gencar Promosi Wisata, Apa Kabar Indonesia?
Pengantar
Pariwisata Malaysia berkembang pesat selama 15 tahun terakhir ini. Dukungan pemerintah dan kerja keras pihak swasta merupakan kolaborasi yang menciptakan Malaysia sebagai salah satu destinasi wisata di kawasan Asia Tenggara. Pemerintah serius dan tidak om-do (omong doang) sehingga pariwisata menjadi primadona penghasil devisa. Lalu pariwisata Indonesia? (KSP)
Kolom Blog Adhi Ksp
Negara Jiran Gencar Promosi Wisata, Apa Kabar Indonesia?
Hari Rabu (7/3) lalu, saya bertemu dengan sahabat lama, Roslan Othman, yang saat ini masih menjabat Direktur Malaysia Tourism Board (MTB) di Indonesia. Saya bertemu pertama kali dengan Roslan tahun 2003 lalu, ketika bersama-sama ke Kuala Lumpur dan Genting Highlands. Roslan pun membeberkan kunci sukses Badan Pariwisata Malaysia di Indonesia menggaet turis Indonesia.
Menurut Roslan, jumlah orang Indonesia yang datang ke Malaysia terus meningkat setiap tahun. Tahun 2001, tercatat 777.449 orang Indonesia ke Malaysia, sedangkan pada tahun 2006 melesat menjadi 1,3 juta orang, atau naik mencapai 100 persen. Ini artinya MTB di Indonesia bekerja keras mempromosikan Malaysia sebagai destinasi wisata sehingga orang Indonesia mau datang menikmati berbagai atraksi di sana.
Malaysia makin menyadari bahwa pariwisata dapat menjadi penghasil devisa utama, manakala sumber daya alam sudah tipis.Saya catat kembali pernyataan Deputi Direktur Divisi Promosi Internasional Badan Pariwisata Malaysia Nor Adnan Sulaiman ketika saya berkunjung ke Kuala Lumpur tahun 2003 lalu. Menurut Adnan, pada tahun 1990-an, Pemerintah Malaysia menyadari pentingnya sektor pariwisata sebagai penghasil devisa negara.
Sebelum tahun 1990, sektor pariwisata berada di urutan ke-16 penyumbang devisa negara. Andalan Malaysia masih bertumpu pada karet, timah, dan kelapa sawit. Pemerintah mulai menyadari, hasil bumi dan sumber daya alam lama- kelamaan akan habis. Karena itulah pemerintah mengajak pengusaha swasta untuk bersama-sama membangun sektor pariwisata Malaysia.Ternyata hasilnya sungguh luar biasa.
Dalam kurun waktu 10 tahun sampai 15 tahun, Malaysia telah mengubah wajah pariwisatanya. Banyak lokasi yang sebelumnya berupa lahan tak produktif, seperti bekas tambang timah, perkebunan kelapa sawit atau perkebunan karet yang tak produktif lagi, diubah menjadi lokasi wisata yang fantastis!
Pada dekade 1990-an, sektor pariwisata masuk dalam lima besar penyumbang devisa negara itu. Pada masa itu, jumlah turis yang masuk ke Malaysia antara enam juta dan tujuh juta orang per tahun. Tahun 2002 lalu, sektor pariwisata sudah di urutan kedua, setelah minyak sebagai penghasil uang bagi negeri ini. Jumlah turis yang datang ke Malaysia tahun 2002 lebih dari 13 juta orang.Mengapa pariwisata Malaysia maju pesat? Dukungan penuh pemerintah dan visi pemimpinnya. Dalam satu tahun, pemerintah mengucurkan sedikitnya 400 juta RM untuk sektor pariwisata negeri itu. mulai promosi sampai pengembangan produk. Mungkin sekarang jumlahnya bertambah.
Nah, sampai tahun 2007, Malaysia Tourism Board mempunyai cabang di 28 negara, termasuk di Indonesia. Tahun ini, sesuai dengan ikon Visit Malaysia 2007, MTB mengeluarkan buku khusus calendar of events 2007 menyambut celebrating 50 years of nationhood, yang berisi semua agenda acara pariwisata di seluruh Malaysia sepanjang tahun itu. Artiya, semua acara sudah direncanakan dan dipersiapkan sejak dini.
Malaysia gencar berpromosi bahwa belanja di Malaysia harganya separuh lebih murah ketimbang belanja di Singapura. Malaysia serius mengembangkan sektor pariwisatanya. Produk pariwisata terus dikembangkan dan dipromosikan. Rumah sakit dan pendidikan dipromosikan lebih murah biayanya dibandingkan tetangga sebelah. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Melihat gencarnya promosi pariwisata Malaysia seperti ini, saya hanya bisa bertanya dalam hati: apa kabar pariwisata Indonesia? Mungkin sekarang dunai pariwisata Indonesia makin terpuruk setelah orang asing tahu betapa buruknya transportasi udara dan laut di Indonesia. Pesawat hilang di laut, badan pesawat patah, pesawat terbakar. Kapal laut tenggelam. Kereta api anjlok. Semua diekspos habis-habisan. Indonesia bisa-bisa dianggap negara bencana.
Mungkin suatu hari Indonesia harus gigit jari melihat pariwisata Malaysia melesat dan menjadi sektor utama penghasil devisa. Ini karena berkat kerja keras belasan tahun sebelumnya.
Dulu orang Malaysia belajar soal pendidikan pada Indonesia. Tapi sekarang justru Malaysia lebih unggul dalam bidang pendidikan daripada Indonesia. Malaysia menganggap guru harus dihormati. Karena itu gaji guru pemula di Malaysia setara dengan Rp 3 juta per bulan. Di Indonesia? Jawab sendirilah.
Dulu Malaysia tak terlalu menganggap pariwisata penting, ketika Bali mengalami "boom". Tapi sekarang justru Malaysia lebih unggul dan gencar memasarkan produk pariwisatanya. Bahkan, Malaysia berambisi mengalahkan Singapra dalam destinasi wisata Asia.
Saya bandingkan begini: Gawai Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat dan Gawai Dayak di Sarawak, Malaysia Timur itu, sama-sama acara pesta masyarakat Dayak Borneo. Bedanya, Gawai Dayak di Sarawak menarik ribuan turis asing, sedangkan Gawai Dayak di Pontianak hanya sekadar pesta adat, tanpa kemasan atraktif yang bisa menghasilkan devisa. Jadi? Ya, itulah bedanya. Bagaimana pariwisata Indonesia mau maju kalau pola pikir tak berubah? Apa kabar Indonesia?
Serpong, 8 Maret 2007
Pariwisata Malaysia berkembang pesat selama 15 tahun terakhir ini. Dukungan pemerintah dan kerja keras pihak swasta merupakan kolaborasi yang menciptakan Malaysia sebagai salah satu destinasi wisata di kawasan Asia Tenggara. Pemerintah serius dan tidak om-do (omong doang) sehingga pariwisata menjadi primadona penghasil devisa. Lalu pariwisata Indonesia? (KSP)
Kolom Blog Adhi Ksp
Negara Jiran Gencar Promosi Wisata, Apa Kabar Indonesia?
Hari Rabu (7/3) lalu, saya bertemu dengan sahabat lama, Roslan Othman, yang saat ini masih menjabat Direktur Malaysia Tourism Board (MTB) di Indonesia. Saya bertemu pertama kali dengan Roslan tahun 2003 lalu, ketika bersama-sama ke Kuala Lumpur dan Genting Highlands. Roslan pun membeberkan kunci sukses Badan Pariwisata Malaysia di Indonesia menggaet turis Indonesia.
Menurut Roslan, jumlah orang Indonesia yang datang ke Malaysia terus meningkat setiap tahun. Tahun 2001, tercatat 777.449 orang Indonesia ke Malaysia, sedangkan pada tahun 2006 melesat menjadi 1,3 juta orang, atau naik mencapai 100 persen. Ini artinya MTB di Indonesia bekerja keras mempromosikan Malaysia sebagai destinasi wisata sehingga orang Indonesia mau datang menikmati berbagai atraksi di sana.
Malaysia makin menyadari bahwa pariwisata dapat menjadi penghasil devisa utama, manakala sumber daya alam sudah tipis.Saya catat kembali pernyataan Deputi Direktur Divisi Promosi Internasional Badan Pariwisata Malaysia Nor Adnan Sulaiman ketika saya berkunjung ke Kuala Lumpur tahun 2003 lalu. Menurut Adnan, pada tahun 1990-an, Pemerintah Malaysia menyadari pentingnya sektor pariwisata sebagai penghasil devisa negara.
Sebelum tahun 1990, sektor pariwisata berada di urutan ke-16 penyumbang devisa negara. Andalan Malaysia masih bertumpu pada karet, timah, dan kelapa sawit. Pemerintah mulai menyadari, hasil bumi dan sumber daya alam lama- kelamaan akan habis. Karena itulah pemerintah mengajak pengusaha swasta untuk bersama-sama membangun sektor pariwisata Malaysia.Ternyata hasilnya sungguh luar biasa.
Dalam kurun waktu 10 tahun sampai 15 tahun, Malaysia telah mengubah wajah pariwisatanya. Banyak lokasi yang sebelumnya berupa lahan tak produktif, seperti bekas tambang timah, perkebunan kelapa sawit atau perkebunan karet yang tak produktif lagi, diubah menjadi lokasi wisata yang fantastis!
Pada dekade 1990-an, sektor pariwisata masuk dalam lima besar penyumbang devisa negara itu. Pada masa itu, jumlah turis yang masuk ke Malaysia antara enam juta dan tujuh juta orang per tahun. Tahun 2002 lalu, sektor pariwisata sudah di urutan kedua, setelah minyak sebagai penghasil uang bagi negeri ini. Jumlah turis yang datang ke Malaysia tahun 2002 lebih dari 13 juta orang.Mengapa pariwisata Malaysia maju pesat? Dukungan penuh pemerintah dan visi pemimpinnya. Dalam satu tahun, pemerintah mengucurkan sedikitnya 400 juta RM untuk sektor pariwisata negeri itu. mulai promosi sampai pengembangan produk. Mungkin sekarang jumlahnya bertambah.
Nah, sampai tahun 2007, Malaysia Tourism Board mempunyai cabang di 28 negara, termasuk di Indonesia. Tahun ini, sesuai dengan ikon Visit Malaysia 2007, MTB mengeluarkan buku khusus calendar of events 2007 menyambut celebrating 50 years of nationhood, yang berisi semua agenda acara pariwisata di seluruh Malaysia sepanjang tahun itu. Artiya, semua acara sudah direncanakan dan dipersiapkan sejak dini.
Malaysia gencar berpromosi bahwa belanja di Malaysia harganya separuh lebih murah ketimbang belanja di Singapura. Malaysia serius mengembangkan sektor pariwisatanya. Produk pariwisata terus dikembangkan dan dipromosikan. Rumah sakit dan pendidikan dipromosikan lebih murah biayanya dibandingkan tetangga sebelah. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Melihat gencarnya promosi pariwisata Malaysia seperti ini, saya hanya bisa bertanya dalam hati: apa kabar pariwisata Indonesia? Mungkin sekarang dunai pariwisata Indonesia makin terpuruk setelah orang asing tahu betapa buruknya transportasi udara dan laut di Indonesia. Pesawat hilang di laut, badan pesawat patah, pesawat terbakar. Kapal laut tenggelam. Kereta api anjlok. Semua diekspos habis-habisan. Indonesia bisa-bisa dianggap negara bencana.
Mungkin suatu hari Indonesia harus gigit jari melihat pariwisata Malaysia melesat dan menjadi sektor utama penghasil devisa. Ini karena berkat kerja keras belasan tahun sebelumnya.
Dulu orang Malaysia belajar soal pendidikan pada Indonesia. Tapi sekarang justru Malaysia lebih unggul dalam bidang pendidikan daripada Indonesia. Malaysia menganggap guru harus dihormati. Karena itu gaji guru pemula di Malaysia setara dengan Rp 3 juta per bulan. Di Indonesia? Jawab sendirilah.
Dulu Malaysia tak terlalu menganggap pariwisata penting, ketika Bali mengalami "boom". Tapi sekarang justru Malaysia lebih unggul dan gencar memasarkan produk pariwisatanya. Bahkan, Malaysia berambisi mengalahkan Singapra dalam destinasi wisata Asia.
Saya bandingkan begini: Gawai Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat dan Gawai Dayak di Sarawak, Malaysia Timur itu, sama-sama acara pesta masyarakat Dayak Borneo. Bedanya, Gawai Dayak di Sarawak menarik ribuan turis asing, sedangkan Gawai Dayak di Pontianak hanya sekadar pesta adat, tanpa kemasan atraktif yang bisa menghasilkan devisa. Jadi? Ya, itulah bedanya. Bagaimana pariwisata Indonesia mau maju kalau pola pikir tak berubah? Apa kabar Indonesia?
Serpong, 8 Maret 2007
Comments