Chatting, Cara Mudah dan Murah Berkomunikasi
Kolom Blog Adhi Ksp
Chatting, Cara Mudah dan Murah Berkomunikasi
TEKNOLOGI memang memudahkan kita semua untuk melakukan apa pun juga, termasuk dalam berkomunikasi jarak jauh. Chatting menjadi salah satu contohnya. Chatting bukan lagi dilakukan antar-PC, tetapi juga berkat kecanggihan teknologi, sudah dapat dilakukan mobile melalui handphone, smartphone.
Industri seluler seperti Nokia, BlackBerry dan lainnya memproduksi produk terbaru dengan kemudahan melakukan mobile chatting. Yahoo Messenger atau YM paling populer di Indonesia. Google Talk dan MSN mungkin juga ada, tetapi tak sebanyak YM.
Software mobile messenger seperti Agile dan Gizmo5 juga banyak dimanfaatkan untum mobile messenger. Sahabat saya, Mas Banu Setianto, memperkenalkan Gizmo5 kepada saya pada Desember 2007 lalu. Bahkan kami sempat mempraktikkan juga VoIP melalui Gizmo5 dengan temannya di Kanada. Suaranya jernih. Betapa dahsyatnya perkembangan teknologi sekarang.
Mas Banu bercerita, temannya anggota TNI yang sedang bertugas di Nepal, berkomunikasi dengan istri dan anaknya lewat chatting, seperti ngobrol tanpa suara. Tapi biayanya sangatlah murah. Melepas kerinduan dengan ber-chatting ria.
Dibandingkan dengan SMS, biaya chatting lewat GPRS jauh lebih murah. Biaya SMS Rp 250-Rp 350 per SMS, sedangkan biaya chatting seharian habis 200 kb. Berapa biaya per kb, tergantung operator seluler. Ada yang bilang Rp 1/kb, Rp 5/kb dan sebagainya.
Sebenarnya perusahaan media dapat memanfaatkan chatting sebagai cara berkomunikasi yang efektif dan murah. Misalkan, wartawan di lapangan berkomunikasi dengan sesama rekannya, dapat lewat mobile messenger. Melaporkan berita yang diperoleh di lapangan kepada editor dapat lewat mobile messenger. Lebih murah dibandingkan lewat SMS. Editor dapat berkomunikasi dengan wartawan di lapangan lewat chatting. Tentu ada komunikasi yang dapat diselesaikan lewat chatting, dan tidak harus membutuhkan bicara suara atau bertemu muka, bukan?
Yang juga menarik, dengan Gizmo5, kita juga dapat mengirim file foto. Jadi misalnya kita menggunakan device yang memiliki kamera, kita dapat mengirimkan file foto ke sesama rekan kita yang sedang online.
Gizmo5 menjadi menarik karena penggunanya dapat berkomunikasi dengan mereka yang menggunakan Yahoo Messenger, MSN dan AIM.
Memanfaatkan teknologi demi efisiensi tentu tidaklah salah. Saya pernah mengusulkan agar wartawan tidak harus setiap hari datang ke kantor, bukan berarti mengabaikan kekhawatiran terjadinya kehidupan yang asosial. Justru jika wartawan punya banyak waktu dengan keluarganya di rumah, kehidupan keluarganya lebih baik, mungkin lebih bahagia, ketimbang setiap malam menghabiskan waktu di depan PC kantor. Dan itu bukan asosial, bukan?
Punya banyak waktu bertemu istri, suami, anak, tetangga, menyebabkan kehidupan kita menjadi lebih baik. Justru terlalu lama di kantor, dapat menyebabkan kita menjadi asosial. Paling tidak, inilah pendapat saya.
Jadi, mengapa kita tidak memanfaatkan teknologi untuk efisiensi dan efektivitas? Chatting salah satu contoh. Bekerja tanpa harus setiap hari ke kantor, mengurangi biaya transportasi dan polusi. Untuk masa sekarang, ide ini mungkin dianggap sinting, sulit diwujudkan dengan alasan tak sesuai kultur media massa, di mana wartawan harus selalu datang ke kantor.
Namun seiring berjalannya waktu, saya yakin, suatu hari ide ini dapat direalisasikan. Mungkin ketika Jakarta betul-betul sudah stagnan, lalu lintasnya sulit bergerak sama sekali, danperjalanan menempuh 2-4 jam. Saya pikir, tanpa menunggu itu semua, sekarang pun kalau memang kita ingin memanfaatkan teknologi demi efesiensi dan efektivitas pekerjaan, chatting harus dimaksimalkan sebagai alat mempermudah pekerjaan.
Chatting, Cara Mudah dan Murah Berkomunikasi
TEKNOLOGI memang memudahkan kita semua untuk melakukan apa pun juga, termasuk dalam berkomunikasi jarak jauh. Chatting menjadi salah satu contohnya. Chatting bukan lagi dilakukan antar-PC, tetapi juga berkat kecanggihan teknologi, sudah dapat dilakukan mobile melalui handphone, smartphone.
Industri seluler seperti Nokia, BlackBerry dan lainnya memproduksi produk terbaru dengan kemudahan melakukan mobile chatting. Yahoo Messenger atau YM paling populer di Indonesia. Google Talk dan MSN mungkin juga ada, tetapi tak sebanyak YM.
Software mobile messenger seperti Agile dan Gizmo5 juga banyak dimanfaatkan untum mobile messenger. Sahabat saya, Mas Banu Setianto, memperkenalkan Gizmo5 kepada saya pada Desember 2007 lalu. Bahkan kami sempat mempraktikkan juga VoIP melalui Gizmo5 dengan temannya di Kanada. Suaranya jernih. Betapa dahsyatnya perkembangan teknologi sekarang.
Mas Banu bercerita, temannya anggota TNI yang sedang bertugas di Nepal, berkomunikasi dengan istri dan anaknya lewat chatting, seperti ngobrol tanpa suara. Tapi biayanya sangatlah murah. Melepas kerinduan dengan ber-chatting ria.
Dibandingkan dengan SMS, biaya chatting lewat GPRS jauh lebih murah. Biaya SMS Rp 250-Rp 350 per SMS, sedangkan biaya chatting seharian habis 200 kb. Berapa biaya per kb, tergantung operator seluler. Ada yang bilang Rp 1/kb, Rp 5/kb dan sebagainya.
Sebenarnya perusahaan media dapat memanfaatkan chatting sebagai cara berkomunikasi yang efektif dan murah. Misalkan, wartawan di lapangan berkomunikasi dengan sesama rekannya, dapat lewat mobile messenger. Melaporkan berita yang diperoleh di lapangan kepada editor dapat lewat mobile messenger. Lebih murah dibandingkan lewat SMS. Editor dapat berkomunikasi dengan wartawan di lapangan lewat chatting. Tentu ada komunikasi yang dapat diselesaikan lewat chatting, dan tidak harus membutuhkan bicara suara atau bertemu muka, bukan?
Yang juga menarik, dengan Gizmo5, kita juga dapat mengirim file foto. Jadi misalnya kita menggunakan device yang memiliki kamera, kita dapat mengirimkan file foto ke sesama rekan kita yang sedang online.
Gizmo5 menjadi menarik karena penggunanya dapat berkomunikasi dengan mereka yang menggunakan Yahoo Messenger, MSN dan AIM.
Memanfaatkan teknologi demi efisiensi tentu tidaklah salah. Saya pernah mengusulkan agar wartawan tidak harus setiap hari datang ke kantor, bukan berarti mengabaikan kekhawatiran terjadinya kehidupan yang asosial. Justru jika wartawan punya banyak waktu dengan keluarganya di rumah, kehidupan keluarganya lebih baik, mungkin lebih bahagia, ketimbang setiap malam menghabiskan waktu di depan PC kantor. Dan itu bukan asosial, bukan?
Punya banyak waktu bertemu istri, suami, anak, tetangga, menyebabkan kehidupan kita menjadi lebih baik. Justru terlalu lama di kantor, dapat menyebabkan kita menjadi asosial. Paling tidak, inilah pendapat saya.
Jadi, mengapa kita tidak memanfaatkan teknologi untuk efisiensi dan efektivitas? Chatting salah satu contoh. Bekerja tanpa harus setiap hari ke kantor, mengurangi biaya transportasi dan polusi. Untuk masa sekarang, ide ini mungkin dianggap sinting, sulit diwujudkan dengan alasan tak sesuai kultur media massa, di mana wartawan harus selalu datang ke kantor.
Namun seiring berjalannya waktu, saya yakin, suatu hari ide ini dapat direalisasikan. Mungkin ketika Jakarta betul-betul sudah stagnan, lalu lintasnya sulit bergerak sama sekali, danperjalanan menempuh 2-4 jam. Saya pikir, tanpa menunggu itu semua, sekarang pun kalau memang kita ingin memanfaatkan teknologi demi efesiensi dan efektivitas pekerjaan, chatting harus dimaksimalkan sebagai alat mempermudah pekerjaan.
Serpong, 8 Januari 2008
Comments