Anak-anak Indonesia Peduli Lingkungan Hidup
KEPEDULIAN anak-anak Indonesia terhadap lingkungan hidup harus dipupuk sejak dini. Kepekaan dan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, harus dimunculkan sejak dini. Dan saya melihat 40 anak Indonesia dari seluruh Indonesia yang mengikuti “Creative Writing bagi Penulis Muda” telah menunjukkan kepedulian tersebut.
Bahkan saya berpendapat seharusnya Kementerian Negara Lingkungan Hidup memberikan penghargaan kepada Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia yang berinisiatif menggelar Lomba Menulis Nasional untuk Remaja 2008. Sebab dari lomba menulis ini, muncul tulisan-tulisan bernas dari siswa SMP dan SMA seluruh Indonesia, yang menggambarkan kepedulian dan kesadaran mereka akan pelestarian lingkungan hidup.
Kesan ini muncul setelah saya bertemu dengan para penulis muda (SMP dan SMA se-Indonesia) ketika menjadi salah satu pembicara dalam “Creative Writing bagi Penulis Muda” yang digelar YKAI dan UNICEF di NAM Center, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin 7 Juli lalu.Acara ini diikuti 40 penulis muda dari seluruh Indonesia. Sebagian pemenang lomba menulis nasional 2007 dan sebagian lagi pemenang 2008. Saya merasakan semangat mereka yang menggebu-gebu.
Dua di antara mereka, Alfinda Agyputri (SMA Dian Harapan Jakarta) yang menulis “Milikku, Bukan Milikku” dan Nurul Khusnul Khotimah (SMP Negeri Bolo, Bima, Nusa Tenggara Barat) yang menulis “Mengenal, Mencintai, dan Melestarikan Lingkungan Hidup” meraih penghargaan dari UNICEF atas karya-karya mereka yang bernas.
Saya mendapat kumpulan naskah terbaik Lomba Menulis Nasional untuk Remaja 2008 yang disunting Sondang K. Susanne Siregar dan Anto Ikayadi. Setelah membaca sekilas naskah-naskah tersebut, saya berkesimpulan, ada kepedulian anak-anak Indonesia terhadap kelestarian lingkungan. Luar biasa.
Rajinlah menulis dan membaca
Saya berpesan agar mereka tetap rajin menulis setiap hari. Mengacu pada pengalaman saya saat masih remaja seusia mereka, saya rajin menulis catatan harian di buku sejak SMP.Kehadiran weblog beberapa tahun terakhir ini sebenarnya akan sangat membantu mereka yang memulai menulis.
Menuangkan ungkapan, gagasan, ide, pemikiran di weblog sejak dini, akan menjadi catatan sejarah hidup. Sebab apa yang tertuang dan tercatat dalam weblog, tidak akan hilang sepanjang tidak dihapus sendiri oleh pemilik blog.
Saya menyarankan kepada peserta, para penulis muda, untuk selalu kreatif menulis. Dan weblog merupakan salah satu sarana yang pas bagi mereka. Ternyata 40 penulis muda ini sudah membentuk Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif dan memiliki weblog http://bacatulisrenung.blogspot.com.
Agar tulisan mereka lebih berwarna, saya menyarankan agar mereka rajin membaca buku, majalah dan suratkabar setiap hari. Karena dengan membacalah, kita dapat melihat dunia dengan optimistis.
Bu Lily, Ketua Umum YKAI yang sempat hadir mengingatkan para penulis muda ini untuk melengkapi tulisan dengan data dan angka, dan memanfaatkan internet. Bu Lily benar. Atas bantuan “Om Google”, kita dapat mencari informasi, memperoleh data dan angka tentang berbagai topik, dari mesin pencari Google, selain Yahoo, Windows Live dan lainnya.
Jika pemerintah benar-benar ingin mencerdaskan bangsa ini, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan bagaimana agar biaya koneksi internet semakin murah dan terjangkau, terutama oleh mereka yang tinggal di daerah pelosok.Sebab saya merasakan betapa anak-anak Indonesia dari desa-desa di NTB, Aceh, Maluku, Sumatera Selatan, Bengkulu, DI Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, penuh semangat. Dan semangat mereka untuk menjadi penulis kreatif ini sebaiknya difasilitasi, misalnya ketika mereka ingin mencari informasi lebih dari internet. Koneksi internet yang lambat, harus segera diatasi.
Saya membayangkan koneksi internet menjangkau desa-desa di Bima, NTB. Saya mendengar cerita seorang peserta bahwa suratkabar Kompas pun tidak beredar di kabupaten itu. Mungkin pemimpin daerah yang baru menang Pilkada NTB dapat mendorong bagaimana mencerdaskan anak-anak daerah, salah satunya dengan cara memudahkan akses internet hingga ke pelosok.
Saya mengimbau para pemimpin daerah baru di Jawa Tengah, Pak Bibit dan Bu Rustriningsih, dan para pemimpin daerah lainnya untuk merealisasikan janji mereka untuk peduli pendidikan. Nasib bangsa ini kelak, ada di tangan anak-anak muda ini.Semua pemimpin daerah pasti berjanji saat kampanye.
“Bangun banyak perpustakaan di semua pelosok desa agar makin banyak anak Indonesia yang rajin membaca. Perbaiki gedung-gedung sekolah yang rusak agar anak-anak Indonesia dapat belajar dengan nyaman. Perbaiki kualitas pendidikan, termasuk perhatian terhadap nasib guru yang telah mengabdikan hidup mereka untuk mencerdaskan bangsa”. Kita tinggal menunggu realisasi janji-janji itu.
Ayo, adik-adikku pelajar SMP dan SMA di seluruh Indonesia, teruslah rajin menulis dan membaca. Menulis di weblog, seperti ini, salah satu sarana yang tepat untuk belajar.
Jakarta, 9 Juli 2008
Bahkan saya berpendapat seharusnya Kementerian Negara Lingkungan Hidup memberikan penghargaan kepada Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia yang berinisiatif menggelar Lomba Menulis Nasional untuk Remaja 2008. Sebab dari lomba menulis ini, muncul tulisan-tulisan bernas dari siswa SMP dan SMA seluruh Indonesia, yang menggambarkan kepedulian dan kesadaran mereka akan pelestarian lingkungan hidup.
Kesan ini muncul setelah saya bertemu dengan para penulis muda (SMP dan SMA se-Indonesia) ketika menjadi salah satu pembicara dalam “Creative Writing bagi Penulis Muda” yang digelar YKAI dan UNICEF di NAM Center, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin 7 Juli lalu.Acara ini diikuti 40 penulis muda dari seluruh Indonesia. Sebagian pemenang lomba menulis nasional 2007 dan sebagian lagi pemenang 2008. Saya merasakan semangat mereka yang menggebu-gebu.
Dua di antara mereka, Alfinda Agyputri (SMA Dian Harapan Jakarta) yang menulis “Milikku, Bukan Milikku” dan Nurul Khusnul Khotimah (SMP Negeri Bolo, Bima, Nusa Tenggara Barat) yang menulis “Mengenal, Mencintai, dan Melestarikan Lingkungan Hidup” meraih penghargaan dari UNICEF atas karya-karya mereka yang bernas.
Saya mendapat kumpulan naskah terbaik Lomba Menulis Nasional untuk Remaja 2008 yang disunting Sondang K. Susanne Siregar dan Anto Ikayadi. Setelah membaca sekilas naskah-naskah tersebut, saya berkesimpulan, ada kepedulian anak-anak Indonesia terhadap kelestarian lingkungan. Luar biasa.
Rajinlah menulis dan membaca
Saya berpesan agar mereka tetap rajin menulis setiap hari. Mengacu pada pengalaman saya saat masih remaja seusia mereka, saya rajin menulis catatan harian di buku sejak SMP.Kehadiran weblog beberapa tahun terakhir ini sebenarnya akan sangat membantu mereka yang memulai menulis.
Menuangkan ungkapan, gagasan, ide, pemikiran di weblog sejak dini, akan menjadi catatan sejarah hidup. Sebab apa yang tertuang dan tercatat dalam weblog, tidak akan hilang sepanjang tidak dihapus sendiri oleh pemilik blog.
Saya menyarankan kepada peserta, para penulis muda, untuk selalu kreatif menulis. Dan weblog merupakan salah satu sarana yang pas bagi mereka. Ternyata 40 penulis muda ini sudah membentuk Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif dan memiliki weblog http://bacatulisrenung.blogspot.com.
Agar tulisan mereka lebih berwarna, saya menyarankan agar mereka rajin membaca buku, majalah dan suratkabar setiap hari. Karena dengan membacalah, kita dapat melihat dunia dengan optimistis.
Bu Lily, Ketua Umum YKAI yang sempat hadir mengingatkan para penulis muda ini untuk melengkapi tulisan dengan data dan angka, dan memanfaatkan internet. Bu Lily benar. Atas bantuan “Om Google”, kita dapat mencari informasi, memperoleh data dan angka tentang berbagai topik, dari mesin pencari Google, selain Yahoo, Windows Live dan lainnya.
Jika pemerintah benar-benar ingin mencerdaskan bangsa ini, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan bagaimana agar biaya koneksi internet semakin murah dan terjangkau, terutama oleh mereka yang tinggal di daerah pelosok.Sebab saya merasakan betapa anak-anak Indonesia dari desa-desa di NTB, Aceh, Maluku, Sumatera Selatan, Bengkulu, DI Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, penuh semangat. Dan semangat mereka untuk menjadi penulis kreatif ini sebaiknya difasilitasi, misalnya ketika mereka ingin mencari informasi lebih dari internet. Koneksi internet yang lambat, harus segera diatasi.
Saya membayangkan koneksi internet menjangkau desa-desa di Bima, NTB. Saya mendengar cerita seorang peserta bahwa suratkabar Kompas pun tidak beredar di kabupaten itu. Mungkin pemimpin daerah yang baru menang Pilkada NTB dapat mendorong bagaimana mencerdaskan anak-anak daerah, salah satunya dengan cara memudahkan akses internet hingga ke pelosok.
Saya mengimbau para pemimpin daerah baru di Jawa Tengah, Pak Bibit dan Bu Rustriningsih, dan para pemimpin daerah lainnya untuk merealisasikan janji mereka untuk peduli pendidikan. Nasib bangsa ini kelak, ada di tangan anak-anak muda ini.Semua pemimpin daerah pasti berjanji saat kampanye.
“Bangun banyak perpustakaan di semua pelosok desa agar makin banyak anak Indonesia yang rajin membaca. Perbaiki gedung-gedung sekolah yang rusak agar anak-anak Indonesia dapat belajar dengan nyaman. Perbaiki kualitas pendidikan, termasuk perhatian terhadap nasib guru yang telah mengabdikan hidup mereka untuk mencerdaskan bangsa”. Kita tinggal menunggu realisasi janji-janji itu.
Ayo, adik-adikku pelajar SMP dan SMA di seluruh Indonesia, teruslah rajin menulis dan membaca. Menulis di weblog, seperti ini, salah satu sarana yang tepat untuk belajar.
Jakarta, 9 Juli 2008
Comments