Memanfaatkan "Smart Phone" untuk Mengirim Foto dan Berita
Memanfaatkan "Smart Phone" untuk Mengirim Foto dan Berita
TEKNOLOGI telepon seluler pintar (smart phone) kini makin canggih. Saya memanfaatkan kecanggihan teknologi ponsel itu ketika meliput kekacauan di Bandara Soekarno-Hatta akibat terputusnya akses tol Sedyatmo dan macetnya jalan alternatif ke arah bandara, hari Jumat (1/2) dan Sabtu (2/2).
Bayangkan, untuk tiba ke bandara saja butuh waktu 3,5 jam dan itu menghabiskan banyak energi. Bagaimana mengirim foto dan berita dalam kondisi darurat seperti itu? Karena untuk kembali ke kantor saja, pasti butuh waktu lama lagi dan bisa-bisa keburu deadline. Sementara itu, saya tidak menemukan restoran atau kafe yang menyediakan hotspot wi-fi di Terminal 1 (bagian luar).
Nokia Communicator 9500 yang dilengkapi aplikasi KompasMobileEditor memang sangat membantu karena setiap jurnalis Kompas dapat mengetik dan mengirim berita dan tulisan, langsung ke redaksi. Tapi Nokia Communicator 9500 ini beberapa kali "hang" sehingga tiba-tiba dokumen yang ditulis hilang begitu saja. Repot kan?Untuk foto pun, kita sulit mengandalkan Nokia Communicator 9500 karena kualitas foto rendah dan tidak pas untuk suratkabar cetak seperti Kompas.
Nah, Nokia N95 8GB lah yang menjadi "penyelamat" dalam kondisi darurat tersebut. Saya memotret dengan N95 8GB yang sudah 5 Mega Pixel (sudah cukup untuk suratkabar cetak). Tapi bagaimana mengirimkannya? Saya manfaatkan pengiriman melalui e-mail yang tersedia di N95 8GB. Klik foto yang tersimpan di Galeri, lalu ada pilihan mengirimnya melalui apa, (pilihannya via multimedia, via e-mail, via bluetooth, via infra merah atau posting ke web). Nah, ambil pilihlah "via e-mail".Saya tinggal mengirim foto yang di-attachement itu ke e-mail desk foto Kompas. Dalam waktu relatif singkat, foto dengan 5 Mega Pixel itu sudah terkirim ke Palmerah.
Foto suasana bandara yang tergenang dan tampak menara, yang dimuat di halaman Metropolitan Kompas Sabtu 2 Februari 2008 dan foto 51 mahasiswi Akademi Kebidanan Gorontalo terlantar di depan Terminal 1 yang dimuat di Kompas Minggu 3 Februari 2008, merupakan hasil jepretan dengan N95 8GB dan dikirim via e-mail dengan N95 8GB juga.Saya tak perlu capek-capek mencari warnet, lokasi hotspot wi-fi ataupun buru-buru ke kantor. Saya hanya memanfaatkan teknologi canggih ponsel untuk mengirim berita dan foto dari bandara, dengan santai, tanpa terburu-buru. Apalagi situasi bandara memang dalam kondisi darurat. Sulit untuk keluar bandara dalam waktu singkat akibat akses tol Sedyatmo masih tergenang.
Saya menggunakan N95 8GB karena ketika Nokia Communicator 9500 yang biasanya saya gunakan, tiba-tiba mengalami gangguan. Saya sudah mengetik kira-kira 7 paragraf, tiba-tiba hilang begitu saja. Untunglah saya tidak panik. Saya ingat saya membawa Nokia E61, lalu saya mengetik ulang berita di "notes" Nokia E61. Saya memindahkannya lewat koneksi bluetooth ke N95 8GB dan dari sana, saya kirim ke e-mail redaksi. Sebetulnya, dari Nokia E61 pun, saya dapat langsung kirim ke e-mail redaksi, tetapi saya lebih suka memindahkan data ke N95 8GB via bluetooth, sekaligus mencoba kinerja N95 8GB tersebut. Ternyata dalam waktu singkat, berita dengan cepat terkirim via e-mail.
Dan setelah itu, sungguh, saya melahap Soto Kriuk di Terminal 1 dengan nikmat. Sama seperti saya menikmati pekerjaan dalam kondisi darurat sekali pun.Dalam kolom ini, saya hanya ingin menegaskan kembali betapa teknologi ponsel (smart phone) yang makin canggih, dapat kita manfaatkan secara maksimal untuk efisiensi dan efektivitas pekerjaan kita. Anda setuju kan?
Serpong, 4 Februari 2008
TEKNOLOGI telepon seluler pintar (smart phone) kini makin canggih. Saya memanfaatkan kecanggihan teknologi ponsel itu ketika meliput kekacauan di Bandara Soekarno-Hatta akibat terputusnya akses tol Sedyatmo dan macetnya jalan alternatif ke arah bandara, hari Jumat (1/2) dan Sabtu (2/2).
Bayangkan, untuk tiba ke bandara saja butuh waktu 3,5 jam dan itu menghabiskan banyak energi. Bagaimana mengirim foto dan berita dalam kondisi darurat seperti itu? Karena untuk kembali ke kantor saja, pasti butuh waktu lama lagi dan bisa-bisa keburu deadline. Sementara itu, saya tidak menemukan restoran atau kafe yang menyediakan hotspot wi-fi di Terminal 1 (bagian luar).
Nokia Communicator 9500 yang dilengkapi aplikasi KompasMobileEditor memang sangat membantu karena setiap jurnalis Kompas dapat mengetik dan mengirim berita dan tulisan, langsung ke redaksi. Tapi Nokia Communicator 9500 ini beberapa kali "hang" sehingga tiba-tiba dokumen yang ditulis hilang begitu saja. Repot kan?Untuk foto pun, kita sulit mengandalkan Nokia Communicator 9500 karena kualitas foto rendah dan tidak pas untuk suratkabar cetak seperti Kompas.
Nah, Nokia N95 8GB lah yang menjadi "penyelamat" dalam kondisi darurat tersebut. Saya memotret dengan N95 8GB yang sudah 5 Mega Pixel (sudah cukup untuk suratkabar cetak). Tapi bagaimana mengirimkannya? Saya manfaatkan pengiriman melalui e-mail yang tersedia di N95 8GB. Klik foto yang tersimpan di Galeri, lalu ada pilihan mengirimnya melalui apa, (pilihannya via multimedia, via e-mail, via bluetooth, via infra merah atau posting ke web). Nah, ambil pilihlah "via e-mail".Saya tinggal mengirim foto yang di-attachement itu ke e-mail desk foto Kompas. Dalam waktu relatif singkat, foto dengan 5 Mega Pixel itu sudah terkirim ke Palmerah.
Foto suasana bandara yang tergenang dan tampak menara, yang dimuat di halaman Metropolitan Kompas Sabtu 2 Februari 2008 dan foto 51 mahasiswi Akademi Kebidanan Gorontalo terlantar di depan Terminal 1 yang dimuat di Kompas Minggu 3 Februari 2008, merupakan hasil jepretan dengan N95 8GB dan dikirim via e-mail dengan N95 8GB juga.Saya tak perlu capek-capek mencari warnet, lokasi hotspot wi-fi ataupun buru-buru ke kantor. Saya hanya memanfaatkan teknologi canggih ponsel untuk mengirim berita dan foto dari bandara, dengan santai, tanpa terburu-buru. Apalagi situasi bandara memang dalam kondisi darurat. Sulit untuk keluar bandara dalam waktu singkat akibat akses tol Sedyatmo masih tergenang.
Saya menggunakan N95 8GB karena ketika Nokia Communicator 9500 yang biasanya saya gunakan, tiba-tiba mengalami gangguan. Saya sudah mengetik kira-kira 7 paragraf, tiba-tiba hilang begitu saja. Untunglah saya tidak panik. Saya ingat saya membawa Nokia E61, lalu saya mengetik ulang berita di "notes" Nokia E61. Saya memindahkannya lewat koneksi bluetooth ke N95 8GB dan dari sana, saya kirim ke e-mail redaksi. Sebetulnya, dari Nokia E61 pun, saya dapat langsung kirim ke e-mail redaksi, tetapi saya lebih suka memindahkan data ke N95 8GB via bluetooth, sekaligus mencoba kinerja N95 8GB tersebut. Ternyata dalam waktu singkat, berita dengan cepat terkirim via e-mail.
Dan setelah itu, sungguh, saya melahap Soto Kriuk di Terminal 1 dengan nikmat. Sama seperti saya menikmati pekerjaan dalam kondisi darurat sekali pun.Dalam kolom ini, saya hanya ingin menegaskan kembali betapa teknologi ponsel (smart phone) yang makin canggih, dapat kita manfaatkan secara maksimal untuk efisiensi dan efektivitas pekerjaan kita. Anda setuju kan?
Serpong, 4 Februari 2008
Comments