Hamparan Sawah Nan Hijau dan Deburan Ombak Laut Selatan
Kolom Blog Adhi Ksp
Hamparan Sawah Nan Hijau dan Deburan Ombak Laut Selatan
APA yang Anda rasakan jika berada di desa yang jauh dari ingar-bingar kota, berada di tengah sawah nan hijau, mendengarkan kicauan burung dan menikmati deburan ombak laut selatan? Inilah yang saya nikmati dalam perjalanan jurnalistik ke wilayah Banten selatan awal Oktober 2007 lalu. Hal-hal yang saya sebutkan ini, berada di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, kira-kira 250 km dari Jakarta.
Banyak yang bertanya pada saya, bagaimana caranya agar dapat menjangkau lokasi Desa Sawarna ini? Jika Anda membawa kendaraan sendiri, usahakan membawa mobil yang kokoh seperti misalnya jip Landrover, Taft Daihatsu atau sejenisnya. Pokoknya jangan jenis sedan deh. Soalnya kondisi jalan masih buruk, terutama di ruas Rangkasbitung (ibu kota Kabupaten Lebak) di Cileles-Malingping sejauh 27 km.Namun selain itu, kondisi jalan dari kota kecamatan Bayah (137 km dari Rangkasbitung) ke Desa Sawarna sepanjang 12 km, sebagian di antaranya masih berbatu-batu.
Saat perjalanan menembus hutan jati dan mahoni, panorama Pantai Ciantir sudah terlihat dari jauh. Anda akan melewati turunan tajam dengan kemiringan 45-60 derajat. Kalau musim kemarau, mungkin masih bisa diatasi. Tapi saat musim hujan, kondisi jalan itu tentunya berlumpur.Setelah itu, Anda mulai dapat menikmati suasana alamiah pedesaan di Desa Sawarna.
Di desa ini, bukan hanya Pantai Ciantir yang dapat dinikmati, tetapi ada juga Pantai Legon Pari, Pantai Sepang dan Karang Bokor. Semuanya masih alami, jarang disentuh modernisasi yang dapat menyebabkan pantai ini terimbas polusi. Air laut masih sangat bening. Demikian juga pantai berpasir putih dan landai, memberi warna keindahan yang sempurna.Saat matahari akan tenggelam, suasana di laut selatan menjadi eksotis. Deburan ombak berderu-deru, membuat pikiran tenang dan diliputi rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Sebelum matahari pagi menyapa, saya dan rekan Pascal SB Saju yang bersama-sama menjelajahi Banten selatan ini, berjalan kaki dari homestay ke tepi pantai sejauh satu kilometer, hanya untuk menikmati deburan ombak laut selatan lagi. Ombak bergulung-gulung dengan ketinggian 3-5 meter, menjadi "surga" bagi penggemar olahraga "surfing".
Bagi saya yang memang gemar berpetualang, perjalanan ini sungguh menyenangkan. Menempuh perjalanan jauh dengan medan yang sulit, sungguh sangat menantang.Saya ingat saat bertugas di Kalimantan, saya menempuh perjalanan jauh dari Pontianak ke Putussibau di Kapuas Hulu, berangkat pukul 07.00 pagi, dan tiba pukul 21.00 di kota kabupaten paling ujung di Kalimantan Barat. Waktu itu saya bersama rekan Jannes E Wawa.
Menjelajahi dan menaklukkan hutan Borneo yang ganas, dengan kondisi jalan berlumpur. Apalagi ketika jip Rocky Daihatsu yang saat itu kami kendarai, mengalami pecah ban. Kami harus mengatasi semua persoalan itu sendiri karena itu terjadi di tengah hutan!
Demikianpun, ketika saya mejelajahi wilayah Banten tengah ke selatan bersama Pascal Oktober ini, saya merasakan suasana petualangan serupa. Meski medannya tidak terlalu sulit -maklum, saya sudah merasakan medan yang lebih sulit di Kalimantan-, saya tetap menikmati petualangan alam yang menggairahkan ini.
Mungkin bagi orang lain, perjalanan semacam ini membosankan. Tetapi bagi saya, perjalanan ini adalah petualangan yang menyegarkan. Jauh dari hiruk-pikuk dan kemacetan Jakarta, kami menikmati keindahan pantai, mendengarkan deburan ombak, menikmati hamparan sawah nan hijau, merasakan gelap dan dinginnya goa-goa yang dihuni kelelawar di Desa Sawarna di pantai selatan Banten, serta menemukan keramahan penduduk desa ini.
Dari tepi Pantai Ciantir di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, rekan saya menulis memori "Sawarna cal/ksp" di atas pasir putih dan memotretnya sebagai kenang-kenangan hari terakhir berada di pantai yang masih "perawan" itu. Sungguh, perjalanan, pengalaman dan petualangan yang sangat berkesan!
Comments