Kolom Blog Adhi Ksp: Uang Memang Bukan Segala-galanya
Kolom Blog Adhi Ksp
Uang Memang Bukan Segala-galanya
Beberapa hari lalu, saya menerima kabar dari seorang teman, bahwa seorang tokoh yang dikagumi banyak orang, tak bisa mempertahankankan keutuhan pernikahannya. Sang tokoh dikenal sebagai salah satu orang yang bergelimang uang. Namun uang, kemewahan yang diperolehnya dari hasil kerja kerasnya bertahun-tahun lalu, ternyata tak bermakna apa-apa ketika sang tokoh harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya berantakan. "Ternyata uang yang saya miliki, tak ada harganya," ungkap sang tokoh sambil menangis, kepada teman saya tadi.
Saya kaget dan sedih mendengar kabar ini. Saya bersimpati dengan sang tokoh itu. Mungkin ini episode kehidupan. Teman-teman dekat sang tokoh dan para pemuja si tokoh itu semua tak percaya apa yang telah terjadi. Tak dapat memahami kabar itu. Tapi demikianlah episode kehidupan keluarga sang tokoh bersama istrinya, sudah ditutup. Episode baru, mungkin disiapkan, mungkin juga tidak.
Tentu ada sebab mengapa orang-orang yang bergelimang uang, tidak bahagia. Kehidupan mereka kelihatan "kosong dan tidak berarti". Walaupun kita semua membutuhkan uang, tetapi uang bukanlah segala-galanya. Money isn't all there is to being successful.
Banyak orang mendefinisikan "kesuksesan" dengan memiliki banyak uang, kekayaan, kekuasaan, dan status. Banyak orang ramai-ramai mengejar status, kekuasaan dan kekayaan agar "dipandang sejuta mata". Salah satu akibatnya, lihatlah, korupsi merajalela, pejabat harus masuk penjara, pengusaha yang harus melakukan segala cara agar mendapat proyek, ikut kena getahnya.
Banyak pula yang mendapatkan kekayaan secara legal, bekerja keras dari bawah, seperti sang tokoh kita tadi, menemukan kekosongan dalam hidupnya. Mungkin istri atau suami kurang perhatian, mungkin istri atau suami masing-masing egois sehingga lupa "merendahkan hati". Atau juga mungkin masing-masing sibuk mengejar target profesional demi uang.
Di Amerika Serikat, Kelompok Tom Peters mewawancarai ribuan eksekutif bisnis. Ternyata hampir setengahnya menjawab meskipun mereka telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berjuang mendapatkan target keuangan mereka, namun kehidupan mereka kelihatan "kosong dan tidak berarti". Enam puluh delapan persen dari eksekutif senior itu menyebutkan telah menelantarkan kehidupan keluarga mereka untuk mengejar target-target profesional mereka.
Orang-orang ini memiliki uang, kekayaan, kekuasaan dan status. Tapi mengapa mereka tidak bahagia? Dr Hal Urban dalam bukunya berjudul Life's Greatest Lessons: 20 Things That Matter menyebutkan itu semua bisa terjadi karena uang, kekayaan, kekuasaan, dan status tidak identik dengan kesuksesan. "Mereka telah kehilangan penglihatan tentang esensi kehidupan. Mereka telah ketagihan dan menjadi budak uang dan segala sesuatu yang menyertainya," ungkap Hal Urban, yang bukunya termasuk best seller.
Menurut Urban, kesuksesan adalah lebih dari sekadar menghasilkan uang. Success is more than making money. Terlalu menekankan pada betapa pentingnya uang adalah sama dengan menghindarkan diri kita pada hal-hal lain yang dapat membuat kehidupan jauh lebih menarik, bermakna, dan memuaskan. To overemphasize its importance is to cheat ourselves out of the other things that make life so much more interesting, meaningful, and rewarding.
Serpong, 16 Oktober 2007
Uang Memang Bukan Segala-galanya
Beberapa hari lalu, saya menerima kabar dari seorang teman, bahwa seorang tokoh yang dikagumi banyak orang, tak bisa mempertahankankan keutuhan pernikahannya. Sang tokoh dikenal sebagai salah satu orang yang bergelimang uang. Namun uang, kemewahan yang diperolehnya dari hasil kerja kerasnya bertahun-tahun lalu, ternyata tak bermakna apa-apa ketika sang tokoh harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya berantakan. "Ternyata uang yang saya miliki, tak ada harganya," ungkap sang tokoh sambil menangis, kepada teman saya tadi.
Saya kaget dan sedih mendengar kabar ini. Saya bersimpati dengan sang tokoh itu. Mungkin ini episode kehidupan. Teman-teman dekat sang tokoh dan para pemuja si tokoh itu semua tak percaya apa yang telah terjadi. Tak dapat memahami kabar itu. Tapi demikianlah episode kehidupan keluarga sang tokoh bersama istrinya, sudah ditutup. Episode baru, mungkin disiapkan, mungkin juga tidak.
Tentu ada sebab mengapa orang-orang yang bergelimang uang, tidak bahagia. Kehidupan mereka kelihatan "kosong dan tidak berarti". Walaupun kita semua membutuhkan uang, tetapi uang bukanlah segala-galanya. Money isn't all there is to being successful.
Banyak orang mendefinisikan "kesuksesan" dengan memiliki banyak uang, kekayaan, kekuasaan, dan status. Banyak orang ramai-ramai mengejar status, kekuasaan dan kekayaan agar "dipandang sejuta mata". Salah satu akibatnya, lihatlah, korupsi merajalela, pejabat harus masuk penjara, pengusaha yang harus melakukan segala cara agar mendapat proyek, ikut kena getahnya.
Banyak pula yang mendapatkan kekayaan secara legal, bekerja keras dari bawah, seperti sang tokoh kita tadi, menemukan kekosongan dalam hidupnya. Mungkin istri atau suami kurang perhatian, mungkin istri atau suami masing-masing egois sehingga lupa "merendahkan hati". Atau juga mungkin masing-masing sibuk mengejar target profesional demi uang.
Di Amerika Serikat, Kelompok Tom Peters mewawancarai ribuan eksekutif bisnis. Ternyata hampir setengahnya menjawab meskipun mereka telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berjuang mendapatkan target keuangan mereka, namun kehidupan mereka kelihatan "kosong dan tidak berarti". Enam puluh delapan persen dari eksekutif senior itu menyebutkan telah menelantarkan kehidupan keluarga mereka untuk mengejar target-target profesional mereka.
Orang-orang ini memiliki uang, kekayaan, kekuasaan dan status. Tapi mengapa mereka tidak bahagia? Dr Hal Urban dalam bukunya berjudul Life's Greatest Lessons: 20 Things That Matter menyebutkan itu semua bisa terjadi karena uang, kekayaan, kekuasaan, dan status tidak identik dengan kesuksesan. "Mereka telah kehilangan penglihatan tentang esensi kehidupan. Mereka telah ketagihan dan menjadi budak uang dan segala sesuatu yang menyertainya," ungkap Hal Urban, yang bukunya termasuk best seller.
Menurut Urban, kesuksesan adalah lebih dari sekadar menghasilkan uang. Success is more than making money. Terlalu menekankan pada betapa pentingnya uang adalah sama dengan menghindarkan diri kita pada hal-hal lain yang dapat membuat kehidupan jauh lebih menarik, bermakna, dan memuaskan. To overemphasize its importance is to cheat ourselves out of the other things that make life so much more interesting, meaningful, and rewarding.
Serpong, 16 Oktober 2007
Comments