Kolom Blog Adhi Ksp: Pantai Ciantir, Desa Sawarna, Bayah, Lebak


Kolom Blog Adhi Ksp


Pantai Ciantir, Desa Sawarna, Bayah, Lebak


Dalam perjalanan jurnalistik ke wilayah Banten selatan, saya bersama kolega, Pascal SB Saju mengunjungi Desa Wisata Sawarna di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, sekitar 250 km dari Jakarta. Di sini, kami menikmati keindahan Pantai Ciantir, salah satu pantai di Sawarna.

Ombak di Pantai Ciantir ternyata "surga" bagi para pencinta "surfing". Banyak penggemar "surfing" sengaja datang ke Sawarna, hanya untuk "surfing". Salah satunya adalah Mike Neely, WN Australia, yang sama-sama menginap di homestay Pak Hudaya, mantan Kepala Desa Sawarna (1977-1999).


Sebelumya Mike sudah menjajal ombak di Cimaja, Pelabuhan Ratu, pantai selatan Sukabumi. Tapi Mike tak puas dan mencoba ombak Sawarna. Ternyata Mike mengaku puas dengan ombak di Pantai Ciantir, Sawarna ini. Di kawasan Pantai Ciantir ini, terdapat dua batu yang disebut sebagai Tanjung Layar. Batu-batu ini menghambat abrasi karena ombak ganas Laut Selatan.

Menurut warga setempat, tanah di Desa Sawarna, sebagian sudah dikuasai oleh orang luar sejak tahun 1995. Ini berarti 12 tahun lalu, sejak Lebak dilirik orang Jakarta, terutama setelah rencana pembangunan Kota Kekerabatan Maja digulirkan, Sawarna juga dilirik untuk dikembangkan.

Krisis ekonomi yang menenggelamkan ekonomi Indonesia, menyebabkan banyak properti mati suri termasuk Kota Kekerabatan Maja dan pengembangan wisata Sawarna.
Ombak di laut lepas di Sawarna ini menjadi pilihan penggemar surfing dari mancanegara, termasuk dari Aruba, Karibia. Meskipun Sawarna masih tertinggal dari sisi infrastruktur, namun tetap dicari pencinta surfing. Inilah uniknya Sawarna.

Selain itu, Sawarna memiliki pantai berpasir yang landai. Keindahan pantai Sawarna ini, sayangnya, belum dilihat pemerintah setempat sebagai potensi pendapatan asli daerah. Padahal masyarakat Desa Sawarna sudah menerima kehadiran wisatawan asing dan nusantara. Warga setempat sejak lama menginginkan desa mereka maju dan berkembang. Setidaknya potensi wisata alam ini menjadi daya tarik utama.

Perjalanan jurnalistik ke Banten, termasuk ke Banten selatan sejak 2 Oktober lalu, menjadi pengalaman berkesan bagi kami. Tidak hanya melihat kemiskinan struktural di desa-desa di pedalaman Banten, kekeringan yang membuat warga makin menderita, kehidupan buruh tani dan nelayan di pantai selatan yang kian sulit dari hari ke hari. Tetapi kami juga menikmati perjalanan ke tempat wisata di Desa Sawarna dengan pantai nan indah.

Perjalanan jurnalistik ke pedalaman Banten ini menyisakan pertanyaan penting bagi saya: Indonesia sangat kaya raya. Alamnya indah, hasil buminya melimpah, tetapi mengapa rakyat Indonesia belum juga sejahtera? Siapa yang salah? Terlalu banyak koruptor-kah? Harus menunggu berapa Presiden lagi-kah?

Bayah, Lebak, 8 Oktober 2007

Comments

Popular posts from this blog

Kolom Blog Adhi Ksp: Paris van Java dan Wawa Sulaeman yang Fenomenal

Kolom Blog Adhi Ksp: Starbucks, Kopi Luwak, dan J.Co

Hiburan Rakyat Menjelang Kenaikan BBM