Kolom Blog Adhi Ksp: Bekerja dan Akses Internet dari Mana Saja dan Kapan Saja

Kolom Blog Adhi Ksp

Bekerja dan Akses Internet Dari Mana Saja dan Kapan Saja

Kecanggihan teknologi telah memudahkan banyak orang mengakses internet dari mana saja dan kapan saja. Di pelosok terpencil seperti di Pantai Ciantir, Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten selatan, saya tetap dapat melakukan koneksi internet melalui Nokia E61. Pukul 06.00-an, ketika kami mendengarkan deburan ombak laut selatan, kami sudah dapat membaca laporan yang kami tulis dan dimuat di Kompas cetak melalui www.kompas.com/kompas-cetak. Kalau kami berharap lembaran Kompas cetak tiba di Bayah, wah, mungkin sore harinya baru koran cetak bisa ditemukan. Itupun harus mencari di kota kecamatan.

Selama ada koneksi GPRS yang disediakan operator seluler, kita dapat bekerja dari mana pun dan kapan pun. Bahkan mengetik laporan dan mengirimkannya dapat dari mana pun, seperti di tepi Pantai Ciantir, Desa Sawarna. Infrastruktur jalan ke arah pantai itu memang masih buruk. Entah kenapa, baru operator XL yang ada di desa itu.

Baru kali ini saya terheran-heran dan bertanya-tanya mengapa jaringan Telkomsel dan Indosat belum masuk ke desa yang jaraknya sekitar 250 km dari Jakarta itu. Untung kami sudah siapkan nomor-nomor dari jaringan seluler berbeda.

Tapi poin saya dalam tulisan kali ini adalah teknologi telah memudahkan kita bekerja di mana saja dan kapan saja. Mengakses internet, membaca dan mengirim email kapan saja dan dari mana saja. Kalau di desa-desa terpencil saja, kita bisa melakukan hal itu, tentu tak ada masalah jika itu dilakukan di kota-kota besar, apalagi di Jakarta.

Melihat problem Jakarta adalah kemacetan lalu lintas yang sudah akut, alangkah baiknya semua wartawan perusahaan-perusahaan media di Jakarta dilengkapi dengan alat teknologi yang memudahkan pengiriman berita dan foto dari mana saja dan kapan saja. Wartawan tak perlu lagi menghabiskan waktu berjam-jam di jalan dalam perjalanan menuju kantor, hanya untuk mengetik berita dan laporan. Wartawan cukup mengirimkannya melalui peralatan yang sudah disediakan sebelumnya.

Mengapa ini penting? Kita butuh efisiensi dan efektivitas. Berita dan laporan yang cepat masuk ke basket editor, tentu memudahkan editor di kantor pusat memeriksanya. Tak perlu lagi ada berita "kucing dalam karung". Dalam rapat para editor sore hari, masing-masing editor tinggal "menjual" berita yang sudah kelar itu ke forum. Toh, berita sudah jadi. Keuntungan bagi editor, waktu kerja bisa lebih banyak dan tidak terburu-buru.

Bagaimana jika editor perlu bertanya kepada wartawannya? Gunakan chatting di alat komunikasi masing-masing. Bisa dibuka selama 24 jam. Kalau masih kurang jelas, ya tinggal hubungi lewat telepon. Ini pasti lebih hemat dibandingkan wartawan harus ke kantor dulu. Kita lebih hemat waktu dan biaya transportasi.Baik editor, wartawan, penyelaras bahasa, jika semua cepat beres, waktu yang tersisa dapat digunakan untuk lebih dekat dengan keluarga dan sahabat. Bersosialisasi. Bagi perusahaan, kebijakan ini akan menghemat biaya listrik.

Komunikasi antara editor dan wartawan tetap dapat dilakukan. Misalnya ditentukan seminggu sekali atau seminggu dua kali wartawan harus hadir dalam rapat perencanaan. Kalaupun tidak, gunakan email dan chatting sebagai alat komunikasi yang murah.

Lalu ada pertanyaan, bagaimana dengan liputan peristiwa yang terjadi malam hari? Berlakukan wartawan piket, yang tidak terkotak-kotak pada desk atau bidang. Kalau terjadi peristiwa yang sangat dahsyat, semua wartawan dapat dipanggil ke kantor.

Gagasan ini sebetulnya sudah pernah saya lontarkan dalam forum milis di kantor saya beberapa tahun lalu. Waktu itu saya melontarkan perlunya semua wartawan Kompas diberikan Nokia Comunicator 9500 sebagai alat kerja. Beberapa tahun kemudian, ide itu menjadi kenyataan.

Nah sekarang saya menekankan kembali perlunya perusahaan-perusahaan media melakukan efisiensi dan efektivitas pekerjaan para wartawannya, terutama di Jakarta yang menghadapi problem kemacetan.

Di masa depan, jika misalnya megaportal sudah beroperasi, wartawan dapat menulis apa saja dan kapan saja serta dari mana saja. Mungkin saja tulisannya langsung dimuat tanpa perlu peran editor. Semua tulisan yang dimuat, dapat dikomentari pembaca sehingga terjadilah interaksi antara penulis dan pembaca dalam ruang itu.

Saat ini, di Amerika Serikat, industri media cetak sudah mulai megap-megap akibat kehadiran media online. Bahkan yang lebih dahsyat lagi, industri rekaman di AS juga cemas akibat kehadiran YouTube, MySpace dan sejenisnya. Akankah industri rekaman mati?

Indonesia mungkin butuh waktu lebih lama dari Amerika. Tetapi jangan terlena, waktu terus berjalan cepat. Ingat 15 tahun lalu, ponsel masih barang mewah? Sekarang tukang sayur keliling dan pengojek pun memanfaatkan HP untuk menerima pesanan.

Serpong, 17 Oktober 2007

Comments

Popular posts from this blog

Kolom Blog Adhi Ksp: Paris van Java dan Wawa Sulaeman yang Fenomenal

Kolom Blog Adhi Ksp: Starbucks, Kopi Luwak, dan J.Co

Hiburan Rakyat Menjelang Kenaikan BBM